Chapter. 30
"We're ready to move forward again in our way. Together or apart, no matter how far apart, we live in one another. We go on together."
....Ada banyak sekali pertanyaan dalam benak diluar wujud tenangnya yang berdiri anggun sekarang. Sudah dipoles cantik, rambut yang disanggul rapi kebelakang, dan dress panjang yang memiliki cutting-an cukup berani menampakkan atas lutut hingga kaki bersamaan kain yang menutupi bawah bahunya sedikit. Penilaian pertama yang orang lihat saat melihatnya masuk tadi- dia cantik sungguh sekali.
Tapi bagaimana jika keanggunan dan ketenangan ini sungguh berbanding terbalik dengan apa yang diletupkan isi kepala. Teriakan-teriakan bising yang hanya bisa ia dengar, soak-soak suara rintihan, hingga lirihan bunyi tangis yang mengerikan.
Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Dan masih banyak lagi pertanyaan dengan awalan kenapa yang ingin sekali dia lempar dan Tuhan jawabkan.
Kenapa jadi seperti ini? Kenapa keadaan justru membawa dia pada titik dia berdiri sekarang? Kenapa semuanya yang dulu terlihat begitu mudah saja jadi selalu sulit untuk diterima oleh akal sehat? Kejadian itu? Kejadian ini? Bahkan kejadian yang tengah terjadi didepan matanya sekarang dia tak mengerti nantinya akan mengarah dan sampai pada tujuan mana.
Tapi mungkin hidup memanglah harus seperti ini. Tidak semua keinginan atau impian yang sudah rapi direncanakan bisa terealisasikan meski rasanya semua ada dalam genggaman tangan. Restu Tuhan yang tak mengizinkan membuat rencana-rencana itu tak pernah sampai pada titik nyata dan berakhir hanya pada angan-angan saja. Selayaknya dalam cerita-cerita novel yang beredar banyak dipasaran ketentuan takdir para tokoh sang penulis yang tentukan, tapi kita hidup di dunia nyata di dunia yang sebenarnya kita, alur cerita ini Tuhan yang mengendalikan. Tidak ada tawar menawar meski sedikit saja bagian-bagian kecil yang dirasa terlalu menyakitkan barangkali mungkin bisa dihilangkan atau diangkat menjadi lebih ringan.
Kekuatan untuk menuntut takdir yang diterima ini sudah habis. Terlalu lelah rasanya untuk terus berkeras kepala melawan sesuatu yang sejak awal tak pernah diperuntukkan untuk ia punya. Pilihan terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah memasrahkan dan juga melepaskan. Tuhan ingin menuntunnya pada benang kehidupan seperti apa dia akan lalui saja dengan hati yang lapang.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fanfiction"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...