Chapter 18.
"The day when you, I, and the little one die. We all die, and this world feels too cruel for us to continue living."...
"Aku akan mengerjakan detail-detail kecilnya saja. Juga beberapa sample agar mereka juga bisa memilih mana yang paling baik aku teruskan. Hal sekecil apapun aku ingin diskusikan bersama mereka agar client merasa puas dengan hasilnya karena sesuai dengan apa yang mereka harapkan."
"Mereka percaya padamu."
"Jangan terlalu pasif. Aku juga butuh saran dan koreksi."
"Akan ku sampaikan ibun. Padahal kakak sudah meminta kau beristirahat tapi kau pekerja keras sekali. Tidak mau diam. Aku takut Jungie kecil akan kewalahan menyeimbangi semangatmu."
Jungkook hanya tertawa selagi satu tangan memegang ponsel dan satu yang lain mengadukan sendok di atas gelas ramping yang sedang melarutkan bubuk susu dengan air dan es batu yang juga turut dia masukkan.
Sendiri di dapur meninggalkan Taehyung di kamar. Sepertinya lelaki itu harus menanggung akibatnya karena hari dia dia absen masuk kerja sehingga meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dia selesaikan hari ini. Ada ikatan kontrak di mana para pekerja tidak bisa seenak hati libur tanpa alasan yang genting. Bukan sakit atau keperluan mendadak. Memang hari ini Taehyung sengaja memilih absen hanya untuk menemani dia pergi.
Dasar ada-ada saja memang. Jadilah sore hingga jam sembilan sekarang lelaki itu hanya bisa mendekam di kamar dengan leptopnya. Tenang bekerja tanpa sedikitpun Jungkook ada niatan ingin ganggu. Sesekali mengantarkan minum dan makan atau menawari sesuatu bilamana Taehyung ingin dibawakan yang lain.
"Aku semangat karena Jungie yang menyemangatiku. Dia lebih senang aku bergerak dibanding diam di atas ranjang dan tidur seperti yang diminta ayahnya. Selalu saja dia hanya ingin melihat aku tidur."
"Itu perhatian."
"Perhatian yang terlalu berlebihan."
"Kalian tidak pernah akur ya. Gemas sendiri saat melihat pertengkaran ibun dan kakak saat di boutique. Seperti remaja yang baru pubertas."
"Dia saja yang seperti remaja labil. Pengalaman pertama menjadi seorang ayah membuat dia tertantang dan takut dalam waktu bersamaan. Aku mengerti tetapi kadang tak bisa disangkal aku juga merasa jengah sendiri."
"Ya sudah aku hanya mengatakan itu saja. Ibun istirahat ya, jangan terlalu lelah, tidak boleh bergadang. Salam dariku untuk Jungie kecil. Tak sabar melihat dia memegang tanganmu saat berjalan. Pasti lucu sekali. Saat ibun bekerja dia akan mengelilingi butik kita dan mengacau."
"Terima kasih Sojungie. Jungie juga akan senang mendapat banyak teman yang akan membantu mengasuhnya saat aku bekerja. Doakan saja aku dan Jungie bisa terus selamat sampai akhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fiksi Penggemar"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...