Chapter 19.
"Selamat telah lahir, selamat telah berhasil meraup napas pertamamu, Jungie. Meski tanpa kami temani, dan kami sangat menyesali untuk ini."....
Bunyi suara kardiogram yang berdentum naik turun menjadi pemandangan paling ngeri bilamana yang ditunjukkan adalah potongan jarum segaris disamping seseorang yang menjadi korban kecelakaan dan penyerangan tepat lima hari yang lalu sejak ia dibawa ke rumah sakit. Terlihat sangat tragis melihat awal kondisinya kala itu sedang tidak sendiri namun berdua dengan si bayi yang harus segera dikeluarkan malam itu juga mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan jika kandungan harus diteruskan.
Darah di mana-mana dan paling banyak mengucur dikepala dan sela rambutnya yang basah dengan warna merah. Tidak ada keluarga yang bisa dihubungi namun teman-teman yang giat mencari menemukan titik terang saat satu pembicara terkirim ke telinga yang lain membawa mereka akhirnya sampai di rumah sakit ini dan setia menunggu hingga kesadarannya kembali. Terbagi kedalam dua kelompok yang saling bergantian satu sama lain.
Satu kelompok untuk temannya dan satu yang lain menunggu keponakan kecil mereka. Tak tahu akan diberi nama siapa tetapi sudah jelas keadaan bayi ini begitu buruk dan hidup atau tidaknya dia masihlah abu-abu. Semua orang berharap jika memang bayi malang ini harus berpulang, paling tidak kedua orang tuanya masih diberi kesempatan untuk melihat dan menggenggam jemari mungil itu satu kali saja. Satu kali yang berharga setelah penantian waktu tiga tahun dan juga delapan bulan terakhir sejak berita kehadirannya untuk pertamakali diumumkan.
“Ya Tuhan! Kau sadar? Kau bangun- ah aku akan memberitahu dokter kondisimu saat ini. Aku tidak akan lama.”
Seol Ah yang semula tenang membaca buku di kursi itu terkejut ketika jemari tangan temannya yang berada didepan bergerak dibarengi dengan kerjapan mata yang terlihat berat.
“Ah-”
“Kah-”
Jungkook seperti ingin mengatakan sesuatu. Seol Ah diam- menunggu dengan sabar apa yang ingin diberitahu temannya itu dengan sorot mata yang terlihat penuh makna. Jika memang Jungkook ingin memberitahu mengenai kebenaran dan peristiwa kelam malam itu, Seol Ah akan menahannya dan membicarakan hal seperti itu nanti saja.
“Minum?” tebak Seol Ah. Kering tenggorokannya pasti gatal membuat Jungkook membutuhkan air untuk menyegarkannya.
“Kah .. kah,” berat dia mengucapkan kata. “Ka .. ka."
Seol Ah mengulum bibirnya dan menyambut dengan senyum saat maksud yang ingin Jungkook utarakan dia pahami. Menanyakan kehadiran seseorang yang sampai saat ini semua orang juga bingung di mana keberadaannya yang tiba-tiba menghilang. Tidak ada di rumah juga tidak ada di mana-mana hingga tak bisa menahan dugaan bahwa Taehyung penyebab dari semua tragedi ini. Tetapi setiap prasangka itu muncul mereka juga merasa ragu sendiri karena sikap yang Taehyung tunjukan selama ini sungguh berbanding terbalik jika memang betul Taehyung yang tega mencelakakan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fanfic"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...