Chapter 28.
"We stand at this crossroads of destiny."...
"Junghyung turun!"
"Ngga!"
"Junghyung."
"Thatha Jiji! Thatha Jiji!"
Junghyung yang sekarang mengikat tangannya dileher seorang perempuan yang baru saja sampai dan menjenguk dia setelah genap delapan hari ada menetap di rumah sakit tak mau lepas. Haejin pulang siang sekitar jam dua dan Junghyung dalam keadaan tidur, dua jam kemudian setelahnya disaat Jungkook sibuk berbenah dan membereskan apa yang akan dibawa pulang ke rumah, Junghyung akhirnya bangun. Bagaimanapun Haejin sudah jadi bagian keluarga mereka secara tidak langsung, dia ikut bantu merawat Junghyung saat masih diusia bulan-bulan dibawah satu tahun tak mengherankan Junghyung bisa dekat hingga selengket itu dengan kakak perempuannya.
"Jungie sepertinya sangat rindu jadi tidak mau jauh. Tidak apa kak, lagi pula Jungie juga tidak terlalu berat. Aku juga senang-senang saja digelayuti bayi gemas seperti ini." Haejin tak merasa menjadi beban. Dua tangannya merangkul bokong dan punggung si kecil yang sekarang menggantung didepan dada. Tidak berat, Junghyung kehilangan banyak berat badan.
"Ada-ada saja." Jungkook menggeleng kecil. "Dedek jangan banyak merusuh. Nanti buna ajak menginap lagi di sini."
Perkataan orang tua tidak didengar karena atensi yang diberikan hanya pada orang yang sedang memangku tubuhnya saja.
"Thatha Jiji puyang ya! Dedek puyang woh."
"Iya pulang sayang. Senang kamu bisa bobo di rumah lagi ya."
"Hihihi thatha juda cini." gelak Junghyung tertawa. "Thatha Jiji, ayah ada woh. Ayah Uni udah puyang."
"Pulang? Kapan?" tanya Haejin serius. Hubungan Junghyung dengan sang ayah apakah betul-betul sudah membaik hingga lelaki itu diizinkan pulang dan apakah Junghyung memang betul-betul paham bahwa lelaki asing itu memanglah ayahnya.
"Tawu!" Junghyung menggeleng.
Haejin berdiri menunggu Jungkook yang masih menghitung barang apa saja yang akan dibawa pulang. Kebanyakan diisi oleh baju kotor bekas pakai yang tak sempat tercuci karena tak ada waktu untuk pergi ke binatu dan kesempatan untuk keluar dari kamar juga sempit selain desakan dan paksaan seperti kemarin. Jungkook tak bisa pergi keluar seenaknya karena Junghyung tak ada yang menjaga, jadi begitulah tumpukan pakaian kotor hanya bisa disimpan dan berjanji akan dicuci saat mereka sudah diizinkan pergi dari tempat ini.
Pintu terbuka menampakkan seorang lelaki familiar. Lengkap dengan pakaian formal khas lelaki mapan kebanyakan, dia dengan jantan mengangkat dua tas jinjing besar yang akan dibawa ke rumah sekarang.
"Sudah semua? Barang-barang kalian hanya tersisa ini saja?" tanyanya.
"Aku hanya membawa diri dari rumah. Itu barang-barang yang aku beli saat di sini. Semuanya baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im) Perfect Ways to Kill My Wife [TAEKOOK•AU]
Fiksi Penggemar"𝑰𝒇 𝒘𝒆 𝒂𝒓𝒆 𝒓𝒆𝒃𝒐𝒓𝒏 𝒔𝒐𝒎𝒆𝒅𝒂𝒚, 𝒍𝒆𝒕 𝒅𝒆𝒔𝒕𝒊𝒏𝒚 𝒘𝒆𝒂𝒗𝒆 𝒐𝒖𝒓 𝒑𝒂𝒕𝒉𝒔 𝒃𝒂𝒄𝒌 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓. 𝑩𝒖𝒕 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒕𝒊𝒎𝒆, 𝒍𝒆𝒕 𝒐𝒖𝒓 𝒔𝒐𝒖𝒍𝒔 𝒊𝒏𝒕𝒆𝒓𝒕𝒘𝒊𝒏𝒆 𝒂𝒏𝒅 𝒓𝒆𝒎𝒂𝒊𝒏 𝒕𝒐𝒈𝒆𝒕𝒉𝒆𝒓 𝒖𝒏𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒉...