"Aku ingin kau dan Yeonsoo benar benar saling menjaga. Bukannya aku tak percaya padanya, bukannya aku terlalu memanjakannya, tapi..." Minhyung menatap serius SooAh. "Kau tak akan mendapat cerita yang satu ini di diary ayah."
"Astaga kak Minhyung, Yeonsoo juga saudaraku!"
Minhyung terkekeh sebentar. Mereka berdua sedang berselonjor kaki di bawah pohon, di tempat latihan mereka yang berukuran sedang.
"Kau tau, Yeonsoo selalu dibawa Ayah pergi latihan di tempat lain, bukan?"
"Ya, karena dia belum sepenuhnya dapat mengendalikan kekuatannya, kan? Kalian berdua terlahir dengan kekuatan besar yang menurun dari paman Jihoon. Paman Jihoon akan melatihnya hingga dia bisa seperti dirimu."
"Kalau ukuran kekuatan, sejak lahir sebenarnya tidak jauh beda denganmu. Kau keturunan klan Choi jika kau lupa," jelas Minhyung. "Tapi dia sedikit berbeda."
"Yeonsoo memiliki sesuatu di dalam tubuhnya. Sesuatu yang bisa membuat Yeonsoo menjadi mengerikan jika tak terkendali. Ayah mengatakan jika itu adalah hal buruk, tapi ibu mengatakan jika itu adalah takdir."
"Apa itu?"
"Sebuah sihir besar yang tercampur sihir gelap, yang ayah sebut More. Jika Yeonsoo tidak dapat mengendalikannya, maka akan bahaya," ujar Minhyung. "Dia sebenarnya lebih kuat dariku."
SooAh menyimak setiap kalima yang dikeluarkan laki laki yang berusia 3 tahun lebih tua darinya.
"Itu sangat sulit untuknya. Ayah juga sulit melatihnya karena ia tidak tau bagaimana menjinakkan more. Dia melakukan apa yang dia bisa. Aku pernah melihat kesakitan saat coba mengendalikan more di tubuhnya."
"Bagaimana bisa? Apakah More adalah sesuatu yang menurun?"
"Tidak. Makanya Ayah mengatakan jika itu hal buruk. Saat ibu hamil Yeonsoo, dia mengidam untuk berjalan jalan ke daerah hutan yang aku lupa namanya. Saat itu aku baru memasuki 3 tahun."
"Ibu sangat senang saat keinginannya terpenuhi hingga ia tak ingin pulang dan membujuk untuk bermalam di tempat yang ia mau. Dan itu masih di dalam hutan."
"Tengah malam aku terbangun dari tidurku. Aku melihat sesuatu bercahaya hijau ungu di balik semak semak yang lumayan jauh."
"Sebegitu terangnya cahaya yang kau lihat? Padahal jaraknya lumayan jauh," imbuh SooAh.
"Begitulah. Maka dari itu aku penasaran. Dengan polosnya aku menuruti keingintahuan ku dan berjalan menuju tempat tersebut. Namun tanpa sengaja aku membangunkan Ibu dan Ayah. Aku merasa bersalah karena saat itu ibu sedang hamil besar."
"Mereka berdua menyadari cahaya itu juga dan Ayah memutuskan untuk memeriksanya. Diam diam aku mengekor bersama ibu. Saat Ayah menyibak semak semak itu, cahaya itu terbang ke atas. Bentuknya mulai bisa dilihat karena cahaya tidak terlalu menyilaukan. Aku sempat mendengar gumaman Ayah dengan nada marah."
"Benda itu melerai menjadi asap dan menyebar, aku memeluk paha ibu karena takut. Ayah maju dan memanggil seseorang yang tak ku kenal. Asap itu sesekali mengeluarkan percikan petir. Salah satu percikan itu mengarah padaku aku memejamkan mata dan merasakan ibu memelukku dengan erat."
"Apakah bibi Sejeong terluka?!" pekik SooAh.
"Dia berteriak, namun tidak ada bekas percikan itu pada tubuhnya. Tak lama, pelukannya terlepas. Saat aku membuka mata, asap itu hilang dan yang kulihat adalah ibu yang kesakitan memegang perutnya dan ayah berlari menghampiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge | Svt × Trz × Nct
Fantasy"Aku harus membangkitkan klan ku kembali" "Lakukanlah semua tujuanmu meski diriku harus tiada karena itu" Tentang putri tunggal yang selamat dari pembantaian klannya. Mencari dan mengumpulkan petunjuk dari segala sudut pandang untuk mendapatkan jawa...