Sosok wizard itu lompat dari dahan dan mengambil posisi berdiri dengan kedua tangan di belakang.
SooAh langsung menatapnya tajam sembari menggenggam pedang yang siap ditarik dari sarungnya. "Lepaskan teman temanku."
"Wow, santai nona. Bukan kau yang ingin ku bunuh kali ini. Jadi jangan sampai aku berubah pikiran."
"Apa mau mu?" suara bariton Jaemin mencekam suasana.
"Mau ku?" Wizard bernama Renjun itu terkekeh. "Ku pikir dengan hadirnya kau ke hutan ini untuk mengibarkan bendera perang dengan ku ..." Renjun menyungging senyum miring lalu menundukkan badan dengan tangan terayun ke depan "Tuan muda Jaemin."
Bebatuan di belakang wizard itu tiba tiba melayang dan terlempar ke arah mereka. Jaemin, Junkyu, SooAh dan Yeonsoo mundur dan mengelak dari bebatuan itu.
Rena dan Hyunsuk berteriak melihat peristiwa yang terjadi di depan mereka. Tetapi saat mencoba melepaskan diri mereka kembali tersengat.
"Lepaskan mereka!" teriak Junkyu.
"Tenanglah, aku tidak akan menyerang mereka. Bukankah bagus mereka tenang menonton kematian teman temannya?"
Dengan geram Junkyu menerjang Renjun namun terjatuh akibat tembok tak kasat mata berupa asap berwarna ungu. Kepalanya terasa pusing dan kakinya sedikit sulit menjaga keseimbangan.
Tak tinggal diam, yang lainnya pun mulai menyerang wizard berjubah biru dongker itu.
Bruagh!
Dengan sihirnya Renjun menggerakkan benda sekitar untuk dipergunakan sebagai senjata. Yeonsoo dan Rena menghindar dan sesekali menghempas kembali bebatuan itu dengan senjata mereka pada bebatuan yang memungkinkan.
"Argh!"
Walau sudah berusaha menghindar, tetap saja beberapa dari serangan itu tak terelakkan.
"Accio."
Setelah mantra itu terucap muncul sebuah pedang di genggaman kanannya. Sedangkan satu tangannya lagi yang memegang tongkat sihir dilingkup asap ungu samar samar lalu bergerak seperti membuat sebuah pola.
Zrat.
Beberapa ranting hitam berduri tiba tiba muncul dari permukaan tanah dan melingkar di kaki Jaemin. Membuat kulit nya tertusuk oleh duri duri itu. Jaemin membeku, tenaganya terasa seperti dikunci.
"Tuan muda, lebih baik kau saksikan dulu para werewolf ini mati. Tidak baik vampir berteman dengan werewolf, bukan?"
Sring!
Renjun dikejutkan dengan serangan pemuda berambut hitam yang tak lain adalah Junkyu dengan pedang petirnya.
Gesekan kedua senjata tajam itu terdengar kuat, netra keduanya saling menatap tak beralih hingga Renjun terhempas ke belakang.
Bruagh!
Cukup keras dan dapat dilihat tanaman sederhana yang ditimpa oleh tubuhnya patah. Ia meringis kecil.
"Pedang yang bagus," celetuknya sembari membangkitkan diri. "Sihir petir ini seperti pernah kulihat. Dan sekarang kau gunakan dengan pedang?Sedikit langka memang."
Perhatiannya jatuh pada pegangan pedang Junkyu.
"Kertas sihir? Pantas saja langka," ujarnya lagi. "Lagipula sejak kapan werewolf menggunakan sihir? Atau ... kau membunuh pemilik aslinya?"
"Jaga mulutmu, wizard," desis Junkyu dengan kedua bola matanya yang sudah berubah warna entah sejak kapan.
Renjun menyungging senyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge | Svt × Trz × Nct
Fantasy"Aku harus membangkitkan klan ku kembali" "Lakukanlah semua tujuanmu meski diriku harus tiada karena itu" Tentang putri tunggal yang selamat dari pembantaian klannya. Mencari dan mengumpulkan petunjuk dari segala sudut pandang untuk mendapatkan jawa...