"Kau yakin akan balas dendam?"
"Yakin, Paman," tegas SooAh. "Mereka telah memusnahkan Klanku. Aku sebagai putri mahkota, penerus pemimpin klan, dan satu satunya yang selamat dari penyerangan tersebut memiliki tanggung jawab atas hal ini. Karena Klanku sudah tidak ada, maka aku yang harus membalaskan dendam atas ketiadaan mereka."
Jihoon sempat terdiam mendengarnya. Namun ada suatu perasaan yang menyinggahinya. Tatapannya kembali pada langit jingga di atas sana.
"Yoon Jeonghan. Pemilik hati yang baik dan penyayang namun memiliki otak licik. Aku, Seungcheol, Seokmin, Myungho dan Joshua paham tentang itu," ucapnya. "Jika kau ingin membalaskan dendam, maka kau juga harus mengetahui seluk beluk dari semua itu. Aku yakin ada yang salah dengan mereka berdua. Sebagai sahabat mereka, aku menitipkan yang satu ini kepadamu. Kau harus tahu apa yang terjadi pada mereka."
"Bagaimana cara aku mencari tahu?" tanya SooAh.
"Beberapa dari kami menyimpan kenangan dalam bentuk yang bisa dikhayalkan kembali. Seperti diary, aku membuatnya. Diary tentang kehidupanku bersama mereka. Ah sebentar." Jihoon masuk ke dalam rumah tak lama kemudian datang kembali membawa buku catatan yang terlihat lawas.
"Aku tidak menulis ini dari awal pertemuan kami, tapi saat ibu dan ayahmu menikah. Dan berhenti saat ibumu meninggal. Tapi ini hanya dari sudut pandangku."
"Jadi, aku harus mengetahui dari sudut pandang yang lain juga?"
"Menurutku juga begitu," balas Jihoon.
"Artinya aku juga harus menemui pemimpin klan Lee, Tuan Lee Seokmin."
"Tidak perlu tuan putri, aku di sini."
Semua fokus tertuju pada sumber suara. Pria tinggi dengan senyum yang merekah lebar.
"Kau datang tanpa mengabari, Seok?" celetuk Jihoon.
Pemimpin Klan Lee itu terkekeh "Apa salahnya? Aku hanya berkunjung ke rumah sahabatku."
SooAh langsung membungkukkan badan di depan Seokmin yang menghampiri.
"Silahkan duduk, Tuan Seokmin," ucap Sejeong.
"Terima kasih, Nyonya." Seokmin pun dengan senang hati duduk bersama mereka.
"Jadi, kau tuan putri Choi SooAh? Anak sahabatku, ya?"
SooAh menganggukkan canggung. Seokmin terkekeh.
"Rupamu sangat mirip dengan ayahmu. Aah... Seungcheol." Terlihat sirat kerinduan dibalik senyumnya yang lebar.
"Mungkin kau terkejut, tapi aku memang sudah tahu keberadaanmu. Jihoon memberi tahuku jadi selama ini aku tak menampakkan diri di hadapanmu karena kupikir kau akan takut hahaha. Maaf jika aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian tadi." Seokmin menghela napas. "Karena kau putrinya yang ingin mencari tahu semuanya, maka sepertinya aku harus membantu."
"Aku menulis ini mulai dari pertemuan awal dengan Joshua dan berhenti menulis ini di tahun ke lima aku menjabat menjadi pemimpin." Seokmin mengeluarkan diarynya dari kantung jubah yang ia kenakan. "Saat itu ayahmu sudah menjadi pemimpin selama sekitar 2 atau 3 tahun. Dan saat itu juga kami mulai berjauhan satu sama lain karena mengurus klan masing masing. Setelah itu terdengar kabar bahwa hubungan mereka mulai retak."
"Oh ngomong ngomong buku ini memang ingin kuberikan padamu. Itulah niat awalku kemari," celetuknya di sela ia bercerita.
"Kami sudah mencoba untuk mengetahui apa permasalahan mereka. Namun mereka cukup lihai menutupinya dan mengatakan jika masalah mereka tidak ada sangkut pautnya dengan kami dan bukan urusan kami. Saat pertemuan para pemimpi klan, aku kesulitan bercengkrama dengan mereka berdua yang sedang dalam perang dingin. Sungguh aku membenci saat saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge | Svt × Trz × Nct
Fantasi"Aku harus membangkitkan klan ku kembali" "Lakukanlah semua tujuanmu meski diriku harus tiada karena itu" Tentang putri tunggal yang selamat dari pembantaian klannya. Mencari dan mengumpulkan petunjuk dari segala sudut pandang untuk mendapatkan jawa...