×20× {Percaya}

20 4 0
                                    

"Kau bukanlah monster, More. Kau memang ditakdirkan bersamaku."

Yeonsoo mengeluarkan kata kata penenang untuk dirinya sendiri. Tapi tetap saja tubuhnya tidak merasa bersatu sepenuhnya dengan More. Dia sudah bisa mengendalikan kehadiran More. Yeonsoo dapat mengaktifkannya dan dapat menidurkannya

Namun hal ini selalu terjadi. Tubuhnya masih merasakan gejolak niat menghancurkan yang besar jika ia memanggil More atau menggunakan sihirnya. Itulah yang membuatnya berpikir bahwa dia bisa saja menjadi pembunuh.

"Aargh!"

Blarr!

Pohon di depan Yeonsoo terbakar dan gosong menjadi abu sebagian akibat Yeonsoo yang sudah lelah dan geram.

"Itu yang kau inginkan More?" desisnya.

Entah kenapa Yeonsoo merasa puas. Namun ia segera menepis perasaan itu.

Walau more adalah sihir kuat yang diperoleh dari sihir murni yang terlantar di alam, tetapi fakta bahwa more juga sihir yang menyimpan perasaan negatif di dalamnya, tidak bisa ditutupi.

Sihir yang dibuat dengan perasaan perasaan kosong, pilu, sesal, depresi, dendam, dan semua perasaan abu abu yang dimiliki orang orang. Semua itu bersatu dan membuat rasa haus akan kehancuran. More terkadang seperti radio rusak bagi Yeonsoo.

Bertengkar dengan diri sendiri.

Yeonsoo tak ingin menjadi apapun yang negatif di pikirannya. Dia masih ingin menjadi dirinya sendiri walau hampir melupakan bagaimana dirinya.

"Aku menerimamu di tubuhku tetapi kenapa kau seperti ingin merubah diriku?! Aku berdamai denganmu, aku menerima diriku yang tak seperti orang lain, tetapi kenapa kau menuntut damai dengan arti aku menjadi dirimu?!"

Tangan Yeonsoo mengepal kuat, tubuhnya jatuh berlutut di atas tanah. Matanya terpejam erat, ia yakin sihir hijau ungu itu mengelilingi tubuhnya. Melepas emosi, Yeonsoo memukul tanah. Pukulan itu membuat bekas yang cukup besar dan debu yang beterbangan.

Kedua kelopak matanya kembali terangkat. Terbuka lebar, bergetar, dan meneteskan airmata yang tak diinginkan. Tangannya segera menghapus cairan itu.

Yeonsoo mendongak menatap langit, mencoba bernapas dengan baik. Dia kembali berdiri dan berniat menidurkan More kembali.

Tap!

Reflek Yeonsoo menengok ke belakang. Ia terkejut melihat bayangan seseorang di balik rindangnya pohon di sana.

"Siapa kau? Tunjukkan dirimu!"

Yeonsoo panik. Sebelumnya dia sama sekali tidak menyadari kehadiran seseorang. Ulahnya tadi seharusnya tidak boleh dilihat siapapun.

Seseorang itu melangkah perlahan hingga wajahnya terlepas dari bayangan pohon yang menutupi.

"H-hyunsuk?"

Seseorang itu mengulas senyum. Yeonsoo yang terlanjur panik mendadak membeku dan More masih melingkupi tubuhnya.

"K-kau melihat-"

"Hm. Aku melihatmu, Yeonsoo-ah." Senyum Hyunsuk masih belum luntur.

"I-itu..."

Hyunsuk melangkah maju. Yeonsoo masih diam di tempat tanpa pergerakan hingga Hyunsuk berhenti tepat di depannya.

"P-pergilah. Kau tak seharusnya melihat aku yang seperti ini." Yeonsoo hendak melangkah mundur namun ditahan oleh Hyunsuk.

"Aku tak tau apa yang ada pada dirimu, Yeonsoo," ujarnya.

"Tapi kau bukan monster. Kau adalah Lee Yeonsoo. Lee Yeonsoo temanku. Teman yang selalu memberi aura positif. Kau adalah kau. Semua hal negatif yang ada di pikiranmu itu tidak akan terjadi. Kau memiliki jati diri yang tidak akan goyah, Yeonsoo. Kau hanya perlu meyakinkan dirimu dan percaya pada dirimu. Bukan hanya menerima apa yang datang padamu, tetapi percayalah pada dirimu bahwa kau adalah Lee Yeonsoo yang memiliki dia dalam dirimu."

Revenge | Svt × Trz × NctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang