Wow! Soobin bikin aku lagi-lagi kagum kepadanya. Sosoknya yang mirip laki-laki cupu di pertemuan kami kali pertama, ternyata seorang yang jenius. Ingatkan aku lagi untuk tidak menilai seseorang dari luarnya.
Soobin berhasil membuka pintu apartemen Tae Yong yang menggunakan nomor kombinasi.
"Aku yakin kau bisa membobol database pemerintah kalau kau mau," celetukku kagum tak habis-habis.
Kepala Soobin ditegakkan tinggi, nyengir dengan bangganya. "Tentu saja."
Soobin, aku, Lou Di dan terakhir masuk Gija. Betapa berantakannya apartemen Tae Yong begitu kami disambutnya.
"Apa yang kita cari?" Lou Di berkata.
"Pokoknya apapun itu."
Empat dari kami membagi tugas agar waktu efisien. Aku kebagian mencari di kamar. Sungguh berantakan kamar Tae Yong. Apa yang sebenarnya sang penculik cari dari Tae Yong? Apakah Tae Yong memiliki sesuatu yang berbahaya bagi lawan politik ayahnya? Tae Yong terlalu rumit untuk dimengerti. Kami baru bertemu dan berpacaran. Pantaslah aku tak begitu mengenal keseluruhan laki-laki penuh berandal tersebut. Ia banyak memiliki teka-teki yang bahkan teman dekatnya saja di geng para Chaebol tak banyak tahu. Apalagi aku orang baru yang berusaha mencarinya.
Saat aku memungut beberapa kertas yang berserakan di sekitar meja komputer, sesuatu menyita perhatianku. Sebuah kumpulan kertas dijadikan kliping. Saat aku iseng buka, fotoku terpampang pertama kali. Tentu saja aku terkejut. Membuka setiap lembarannya dengan gusar. Aku memilih duduk dan membacanya lebih perlahan dan hati-hati.
Tidak hanya gambarku saja. Lee Hae Chan, adikku juga ada. Di sini tertera informasi panti asuhan asal aku Hae Chan berasal sebelum Imo mengasuh kami berdua. Bahkan tanggal kapan kami diasuh dan tanggal lahir lengkap tercantum. Yang mengherankan, bagaimana bisa Tae Yong memiliki informasi sedetail ini tentangku. Apakah ia mencari tahu tentangku? Sebelum atau sesudah kami kenal? Untuk apa ia sejauh ini mencari tahu kalau hanya untuk menjadi pacarnya saja? Apa karena dia anak dari calon presiden sehingga siapapun yang dekat dengannya harus dicari asal usulnya. Lagi-lagi aku dibuat bingung akan tingkah misterius Tae Yong.
Tu ... tunggu. Di balik lembaran berikutnya. Tercantum foto lain yang sama sekali tak kuketahui. Sepasang suami istri. Juga dengan biodata lengkap. Tertulis bahwa mereka seorang bangsawan dan memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara karena memiliki banyak perusahaan besar.
Tu ... tunggu! Tidak mungkin!
TIDAK MUNGKIN AKU ANAK MEREKA!
"Di! sedang apa?"
Aku gelagapan ketika melihat Lou Di berdiri di ambang pintu.
"A ... aku!" Aku gelagapan, seolah-olah sedang ketangkap basah. Refleks saja kliping yang mengejutkan ini aku sembunyikan di balik punggung. Seakan tak ingin Lou Di tahu.
"Kau kenapa kaget begitu?" Lengkap dengan dahi berkerut.
"Siapa yang nggak kaget, kau muncul begitu saja!" Aku pura-pura marah demi menyembunyikan gugup.
Ia masih berdiri di sana dengan wajah berkerut penuh curiga untuk beberapa saat diam saja mengawasi. Karena tak ingin ia makin curiga, aku berjalan keluar sambil berkata, "Apa kalian menemukan sesuatu?"
Lou Di menyusul di belakangku, menghampiri Soobin dan juga Gija.
"Belum." Gija yang menjawab.
"Aku menemukan komputer di kamar Tae Yong."
Soobin lantas bergegas ke kamar. Mungkin di dalamnya Tae Yong menyimpan file penting. Sementara kami mencari lagi, selagi menunggu informasi hasil utak-atik Soobin.
"Kenapa kau terus memegang kliping itu?" Belum sanggup aku mencegah dan memberi alasan, Lou Di sudah lebih dulu merebutnya.
Aku panik dan berusaha keras merebutnya, tapi ia lebih gesit dan berhasil mengelak dari seranganku. Aku putus asa dan membiarkannya membaca semua hal yang mengejutkan yang sepenuhnya belum aku percayai itu.
"Wajahmu berubah tegang sejak kau membaca kliping ini. Aku jadi penasaran apa isi yang kau temukan ini?" Mata Lou Di begitu cermat bergerak kanan kiri atas bawah, membaca semuanya. Air muka yang tadinya penasaran, berubah cepat ketika ia sampai pada lembaran terakhir.
"Nggak mungkin!" Ia melihat wajahku seperti apa yang aku tunjukkan ketika pertama kali membacanya. Kaget juga tak percaya, tapi sangat berlebihan dengan menutup mulut dengan tangan dan mata yang melotot nyaris keluar.
"Kau kira aku percaya begitu saja dengan kliping tersebut?!" sentakku merebut kembali kliping tersebut.
"Bagaimana bisa Tae Yong punya informasi ini?!" tanyanya masih dengan wajah tegang.
"Mana kutahu tujuannya apa mencari tahu tentangku! Lagipula pasti ini salah! Mana mungkin aku dan Hae Chan adalah anak kandung dari bangsawan!" Aku tertawa sumbang, menutupi kegalauan ini. "Tae Yong pasti sedang mempermainkanku. buktinya setelah aku dilabrak ibu tirinya, dia menghilang diculik lantas aku menemukan kliping ini! Aku yakin Tae Yong sedang mempermainkanku! Kalau dia sudah ketemu, aku bersumpah akan menghajarnya habis-habisan." Yang terakhir aku sungguh-sungguh akan menghajarnya karena aku benar-benar marah padanya atas segala rahasia yang ia tak beritahukan padaku.
Lou Di cuma memandangi segala emosiku yang carut marut dengan keseluruhan kecemasan yang ia miliki untukku tanpa berkata apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Never Loved You
FanfictionDi sepanjang rel kereta api, aku tiduran di atasnya. Bukan karena bosan hidup, melainkan menemani si Berandalan yang otak udangnya sedang bermasalah. "Selagi hidup, lakukan hal yang kau sukai dan wujudkanlah hal yang ingin kau gapai." Si Berandalan...