“Kau bisa lacak kebenaran ini, Bin?”
Aku memperhatikan setiap ekspresi yang ditunjukkan Soobin pada saat ia membaca kliping yang diberikan Lou Di. Barulah ia menaruh matanya padaku dengan pandangan sulit aku gambarkan.
“Wae!" Interupsiku.
"Tidak mungkin kau anak dari Lee Joon Kwoon? Sulit dipercaya!"
"Kenapa?" Lou Di mendesak.
"Lee Joon Kwon adalah pemilik dari perusahaan multinasional sekaligus bangsawan yang masih memiliki hubungan darah dengan kerajaan. Ia lawan politik dari ayah Tae Yong. Tidak lama aku tahu dari temanku yang juga seorang hacker yang dibayar untuk mencari tahu tentang Lee Joon Kwoon dari lawan politiknya yang lain, kalau dia kehilangan dua anak sekaligus dalam insiden pencurian dua puluh tahun silam. Dan kabar ini dirahasiakan dari publik. Mengingat kau dari panti asuhan, aku akan bantu agar kalian bisa tes DNA."
Aku dan Lou Di melongo dan saling pandang. Beberapa saat kemudian, tawa kami berkelindan. Soobin terdengar seperti sedang melawak. Sungguh kalau ada cerita khayalan yang luar biasa mengesankan adalah apa yang sedang disampaikan Soobin barusan.
"Kenapa kalian tertawa?" Wajah bodohnya menatap kami keheranan.
"Mana mungkin gadis emosian seperti Di Tya adalah keturunan dari bangsawan kerajaan. Sungguh nggak cocok banget. Dia lebih pantas jadi anak preman. Haha!"
Tawaku berhenti, tergantikan amarah yang membara pada bola mata. Andai ini dunia anime, dua api kecil sudah pasti muncul membakar pupilku bagai efek dramatis. Seketika aku memukul kepala Lou Di, tidak terima pernyataannya. Sama saja ia sedang mencaci makiku.
"Yak! sakit tauk!"
"Tahu rasa! Itu akibatnya kau menghinaku!"
"Hei kalian, ini bukan waktunya kalian bertengkar." Soobin melerai dan itu menyadarkanku untuk lebih serius lantas mengabaikan Lou Di yang masih berjongkok merintih sambil mengelus kepalanya.
"Aku tidak mengerti mengapa Tae Yong bisa memiliki informasi tentangku ini. Apa sebenarnya tujuan Tae Yong. Apa ini ada hubungannya dengan Tae Yong yang diculik?"
Soobin menghela napas. "Aku tidak bisa memastikannya sebelum Tae Yong ditemukan dan dia sendiri yang menjelaskannya padamu. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah segera menemukannya."
Soobin benar. Untuk mendapat titik terang dari semua keabu-abuan ini, aku harus bisa menyelamatkan Tae Yong.
"Gija-ssi, bisakah kau beritahu Jae Hyun jika Tae Yong diculik dan mintakan bantuan," pintaku. Sejak ia ditugaskan untuk menjagaku, ia tak banyak bicara dan hanya mengangguk saja. Kemudian ia berbicara lewat alat canggih yang terpasang di telinga untuk saling berkomunikasi. Biasa digunakan polisi atau orang-orang yang bekerja di balik spionase.
Sementara Gija menjalankan tugasnya, aku dan Soobin melanjutkan pembicaraan. "Apa kau menemukan sesuatu?"
Soobin menggeleng. "Tidak ada. Hanya ada Game. Sepertinya Tae Yong maniak game online."
Aku mendesah. "Sekarang apa? Apa yang harusnya kita lakukan?"
"Kita tunggu bantuan dari teman Tae Yong."
Menunggu, ya. Menyebalkan sekali! Bagaimana aku bisa menunggu dengan kondisi Tae Yong yang belum jelas apakah nyawanya masih bisa diselamatkan atau kemungkinan terburuk adalah mendengar kabar duka. Aku belum siap untuk opsi yang terakhir. Karena perasaan ini, aku menyentuh dadaku. Merasakan detak jantungku sendiri yang berdenyut cepat dan ... sakit.
Rasa sakit ini, terakhir kali aku merasakannya ketika aku mengetahui aku tak memiliki orang tua. Saat aku bertanya pada pengurus panti asuhan di mana orang tuaku dan mengapa aku dan Hae Chan bisa ada di panti asuhan? jawabannya hanya, "kalian ditemukan di jalanan."
Sekarang, setelah aku bisa berdamai dengan kisah kelamku dan nasib naasku, aku bisa menjalani hidupku seperti remaja kebanyakan yang bisa hidup normal. Nyatanya setelah mengenal Tae Yong dan kini pria menyebalkan itu diculik, perasaan sakit ini kembali datang. Lebih sakit ketika aku tahu aku tak memiliki orang tua.
Dia orang pertama yang berhasil menjebol pertahanan diriku.
Dia orang pertama yang berhasil membuatku mencintai seseorang.
Dia orang pertama setelah Hae Chan dan Imo yang tak ingin aku kehilangannya.
Aku ingin Tae Yong selamat.
Aku ingin dia segera diselamatkan agar aku bisa mengatakan padanya bahwa aku mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Never Loved You
FanfictionDi sepanjang rel kereta api, aku tiduran di atasnya. Bukan karena bosan hidup, melainkan menemani si Berandalan yang otak udangnya sedang bermasalah. "Selagi hidup, lakukan hal yang kau sukai dan wujudkanlah hal yang ingin kau gapai." Si Berandalan...