Malam ini berbeda dari malam yang sebelumnya, malam yang biasanya sangat ramai dan hangat oleh candaan teman-teman seperjuangan Nabila, kini semuanya berubah ketika kompetisi itu berakhir. Nabila berhasil meraih juara kedua pada salah satu kompetisi nasional dalam bidang menyanyi, tapi bukan itu pointnya. Semasa karantina, hidup Nabila banyak mengalami perubahan, entah dari kebiasaan yang ia lakukan, pertemanan yang ia miliki, karirnya, ataupun masalah percintaanya. Banyak hal yang Nabila syukuri saat ini, hidupnya dikelilingi banyak kebahagiaan, rasanya semesta sedang memihak kepadanya. Entah sampai kapan, Nabila harap bertahan lama.
Proses pendewasaan benar-benar terjadi semasa karantina kemarin, bertemu dengan banyak peserta dari berbagai daerah dengan umur yang berbeda-beda mengajarkan banyak hal padanya. Banyak pengalaman yang ia dapatkan, secara langsung ataupun dari cerita peserta lainnya. Tidak hanya itu, hidup Nabila terasa lebih tersusun dengan adanya jadwal selama karantina, sehingga ia tidak pernah merasakan bosan sebagaimana hidupnya sebelum mengikuti karantina.
Cukup lama melamun, Nabila tersadarkan oleh notifikasi ponselnya. Ia membuka salah satu aplikasi yang sudah dipenuhi dengan pesan dari seseorang yang sejak beberapa bulan ini hadir dalam hidupnya. Tidak langsung membalas, Nabila kembali melanjutkan imajinasinya, imajinasi akan indahnya masa karantina dulu, yang sekaligus menjadi tempat pertemuanya dengan sang pemilik pesan beruntun dalam ponselnya. Tangan Nabila bergerak mengambil sebuah foto yang ia taruh disebelah teh hangatnya yang sudah berubah menjadi dingin karena cukup lama didiamkan. Angin pada balkon kamarnya yang terletak dilantai dua tiba-tiba berhembus cukup kencang, menyisakan suara pintu kaca berdecit. Nabila segera bergerak dari kursi belajarnya, menutup pintu balkon dengan cepat. Takut ada mahluk tak kasat mata yang menghampirinya. Angin kencang sangat mendukung suasana horror pada malam hari, beruntung Nabila tidak sedang menonton horror. Tapi gak suka juga sih, hahahha.
Ponsel Nabila berbunyi, seseorang menelponnya dan dia tahu siapa itu. Memiliki nada dering yang berbeda dari orang lain membuatnya dengan mudah menebak siapa pemilik panggilan itu. Merasa sudah cukup lama mengabaikan pesan sang penelpon, Nabila memutuskan menjawabnya.
"Nabila Taqiyyah...sedang apa? Chat aku kok gak dibales?" mode posesif tapi manjanya keluar, batin Nabila.
Nabila Taqiyyah
Itu nama lengkap seorang Nabila asal Aceh ini, remaja 17 tahun yang memberanikan dirinya mengambil langkah lebih banyak dibidang musik, baginya musik tidak hanya sekedar kata yang bernada kemudian diiringi oleh instrumen, musik lebih dari itu. Musik tempatnya bercerita, musik tempatnya untuk mengekspresikan rasa, terlebih dirinya yang memang tidak begitu mudah untuk mengungkapkan perasaanya, dan dengan musik semuanya terasa lebih mudah.
"Nabila, kok diem?" tanya seseorang disebrang memastikan teman berbicaranya sedang baik-baik saja.
"Iya Powl," sahut Nabila akhirnya.
"Dari mana saja?" Nabila diam, harus menjawab apa? Sebab dirinya tidak kemana-mana, hanya sedang tenggelam dalam imajinasinya.
"Are you okay?"
"Iya, aku gak kemana-mana. Tadi diem doang ngeliat foto masa karantina." Memang benar, foto yang sedari tadi ia perhatikan adalah foto semasa karantina bersama teman-temannya.
Nyoman Paul Fernando Aro
Laki-laki asal Bali ini kerap dipanggil Paul oleh teman-temannya. Paul berusia 4 tahun lebih tua dari Nabila. Ia tidak mengenal laki-laki ini sedari awal kompetisi, melainkan pada pertengahan kompetisi berjalan, siapa sangka pertemanan tanpa kesengajaan mereka berlanjut hingga selepas ajang tersebut. Tidak, ralat. Bukan pertemanan, takut Paul marah jika dikatakan demikian, karena Nabila dan Paul resmi menjalin hubungan yang lebih dari teman, tepat pada 23 Juni kemarin, yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya. Nabila bukan menerima ajakan komitmen yang Paul tawarkan karena semena-mena Paul berulang tahun, bukan. Karena, dalam waktu yang cukup lama seorang Paul akhirnya berhasil menaklukan hati kecil Nabila, hati yang bagaikan digembok oleh seribu pintu. Bagaimana tidak, cinta pertama Nabila adalah Abi atau ayahnya, dan belum ada cinta selanjutnya yang berlabuh, tapi itu bukanlah penghalang bagi Paul, melainkan motivasi untuk lebih bersemangat lagi, tidak hanya melalui kata, melainkan Tindakan, menjaga, dan membantu Nabila dalam segala keadaanya, seperti apa yang Abi-nya lakukan.
Atas semua perjuangan yang Paul lakukan, pertahanan dirinya perlahan runtuh. Dengan segala keyakinan Nabila meyakinkan dirinya bahwa Paul memang orang yang takdir kirimkan padanya. Paul adalah laki-laki yang bersungguh-sungguh dan gigih untuk mencapai apa yang ia inginkan, seperti sebagaimana Paul yang berjuang mati-matian agar Nabila membuka hati untuknya.
Tiga puluh menit berlalu, waktu berjalan cepat ketika sedang berbicara dengan orang yang kita cintai, Nabila mendengus kesal karena Paul hendak mengakhiri percakapan mereka. Padahal dirinya masih mau mengobrol banyak hal, mengobrol tentang cicak yang tiada hentinya berbunyi, tentang ikan tapir yang ternyata bukan ikan, tentang asal mula kata cuanki yang ternyata singkatan 'cari cuan jalan kaki' dan uniknya cuanki ternyata makanan? Masih banyak isi kepalanya yang ingin ia suarakan saat ini.
"10 menit lagi, gimana?" tawar Nabila.
"Tidur Nabila, besok bangun pagi buat persiapan kamu konser sama Rony dan Salma."
Jangan lupakan mereka, mereka adalah teman dekat Paul dan Nabila saat karantina, katanya sih karena jokes nya nyambung makanya kemistrinya dapat banget. Keempat orang ini bahkan punya nama panggilan dari para pendukungnya.
PANAROMA, Paul Nabila Rony dan Salma. Begitu besar rasa sayang para pendukung sehingga persahabatan mereka banyak digemari, dan lucunya bahkan para pendukung tidak tanggung-tanggung mencarikan pekerjaan, membuat mereka trending youtube ataupun tweeter dan yang paling mengherankan adalah para penggemar juga membuatkan acara khusus PANAROMA setiap minggunya yang tayang disalah satu aplikasi. Hebat bukan? Lucu, keren dan bangga berpadu menjadi satu.
"Tapi aku masih mau ngobrol sama kamu."
"Nabila, besok kegiatannya padat, jadi lebih baik istirahat biar badannya bugar dan bersemangat. Besok pagi-pagi sebelum Gladi aku telpon. Okay?"
"Iya."
"Jangan marah, jangan ngambek. Kalau moodnya jelek nanti mimpi buruk."
"Ih gak mau mimpi buruk." Kesal Nabila
"Makanya jangan kesel gitu. Harus happy, okay?" Nabila menjawab dengan terpaksa, "Iya."
Paul tertawa kecil, "Good night kesayangannya Paul. Mimpi indah ya, terima kasih sudah bahagia hari ini. Semangat untuk besok, siapkan energi yang banyak biar tetap happy meskipun banyak kegiatan. Aku bangga sama kamu."
"Aku sayang sama kamu, jangan tinggalin aku ya?"
"Gak. Aku gak mau dan gak akan."
"Tidur ya, hitungan ketiga aku matiin callnya. Satu...dua...tiga."
Panggilan berakhir, Nabila segera bersiap untuk tidur. Benar kata Paul, ia harus menyiapkan tenaga untuk performance nya besok, untuk membuat mood tetap baik disaat kerjaan banyak, istirahat yang cukup memang menjadi solusi terbaik.
Baru saja memejamkan mata, tiba-tiab ponselnya berbunyi. Satu pesan berhasil menganggu rencana tidurnya.
Nabila tahu siapa pemilik pesan itu, notifnya berbeda.
Powl
Besok pagi aku jemput ya sayang, kita sarapan bareng di bubur langganan aku
Jangan dibales, langsung tidur lagi.
Night and sleep well <3
***
Terima kasih banyak aku ucapkan yang udah mampir, jangan lupa vote, share dan komen yang membangun ya.
Selamat menikmati ceritanya, sampai ketemu dipart berikutnya.
QnA
Q: Ini sama gak ceritanya kayak AU di tiktok?
A: Beberapa mungkin berbeda, tapi kebanyakan sama. Karena bagaimanapun AU versi lebih singkat sedangkan wattpad akan lebih banyak percakapan maupun narasinya.
Q: Updatenya kapan lagi?
A: Rame? lanjut! HAHAHA (SPAMM NEXT KALAU MAU SEGERA LANJUT!!!!!)
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE [OPEN PO]
FanficINI FIKSI!!! Cerita ini dihadirkan karena banyaknya permintaan dari pembaca AU saya di tiktok @Bobayellow Ini adalah sebuah cerita fiksi dengan pemeran utama Paul dan Nabila, apabila ada kesamaan pada cerita, mungkin itu manifesting atau beberapa p...