Karena begitulah proses pembelajaran, gagal coba lagi, bukannya berhenti ketika tau hal yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pagi ini Nabila bangun cukup pagi, tidur yang nyenyak membawanya pada pagi yang menyenangkan. Nabila membuka ponselnya untuk melihat ada berita apa yang sedang trending di sosial media saat ini.
Tidak ada yang begitu penting, hanya membahas kehidupan artis-artis pada umumnya. Sebenarnya ada kekhawatiran yang ia rasakan ketika membuka sosial media ketika ia sudah menjadi public figure, ia takut jika tiba-tiba sosial media heboh dengan berita tentangnya yang mungkin Nabila sendiri tidak menyadari atas apa yang ia lakukan.
Namun bagaimanapun rasa penasaran mengalahkan rasa khawatirnya. Selain itu, ia juga sering memantau komentar-komentar dari netizen, meskipun sudah berusaha untuk menghindari komentar negatif, tetap saja ada yang tertangkap oleh matanya.
Dan Paul lah yang bertugas untuk menenangkan Nabila jika sudah overthinking.
Memainkan ponsel memang mudah sekali menarik etensi kita untuk sepenuhnya berada pada situasi yang sedang kita baca atau kita tonton, tanpa sadar sekarang sudah pukul 06:45 artinya sudah satu jam lebih Nabila tenggelam dalam sosial medianya.
Ia menyimpan ponsel di tempat tidur, lalu bergegas turun ke dapur, sepertinya mamanya sedang memasak, aroma bawang goreng sudah menyentuh hidung Nabila.
"Pagi mamaku yang cantik." Nabila menyapa mamanya yang sedang menggoreng sayuran diatas wajan.
"Pagi juga sayang."
"Ada yang bisa kakak bantu?"
Mama menunjukkan tumpukkan piring yang belum sempat ia cuci. "Itu kak, piringnya boleh dicuci."
"Tziapp!!!" Nabila mengangkat tangannya membentuk hormat ketika menerima perintah mamanya.
"Hati-hati ya kak, jangan dipecahin lagi gelasnya." Meskipun Mamanya tahu jika Nabila mencuci piring pasti ada saja barang yang menjadi korban, entah itu piring, gelas, atau bahkan mangkok, tapi ia tidak hentinya memberikan kesempatan pada Nabila untuk melakukannya lagi. Karena begitulah proses pembelajaran, gagal coba lagi, bukannya berhenti ketika tau hal yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Ma, masak itu susah ya?" tanya Nabila sembari mencuci piring dengan hati-hati. Kali ini semoga tidak ada yang pecah lagi.
"Nggak kok, tapi emang harus belajar dulu. Lama-lama bakalan terbiasa, tau porsi garamnya seberapa, jadi tinggal masukin bahan-bahan aja, oseng-oseng jadi deh."
Nabila mengangguk seolah paham, "Kalau sayur itu isinya apa aja selain garam?"
Sembari memasukkan penyedap rasa pada masakannya, Mama Nabila menjawab, "Masak oseng itu paling simple sebenarnya, tinggal masukin bawang merah dan bawang putih dulu diawal, setelah itu udah mulai layu masukin cabe. Nah, pas udah masuk cabe baru deh masukin sayurnya, setelah itu isi garam, ajinomoto, penyedap rasa, biasanya mama pakai kaldu jamur biar enak, setelah itu udah jadi tinggal oseng-oseng, tambahin air secukupnya."
Bibir Nabila berbentuk O dan ia mengangguk pelan. "Paham-paham."
"Mau belajar masak?" tanya mamanya. Sayur yang ia masak sudah matang, dengan lincah mamanya memindahkan sayur dari wajan ke piring yang sudah di sediakan.
"Nggak dulu deh hahaha. Kakak masak telur aja masih suka keasinan."
"Gapapa, kan belajar. Orang tuh gak ada yang langsung pinter, semua butuh proses."
Selanjutnya, mama Nabila memotong tahu, hari ini menu sarapan mereka kangkung tumis dan tahu goreng serta sambal, sungguh kombinasi yang sempurna. Duh, jadi laper.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE [OPEN PO]
FanficINI FIKSI!!! Cerita ini dihadirkan karena banyaknya permintaan dari pembaca AU saya di tiktok @Bobayellow Ini adalah sebuah cerita fiksi dengan pemeran utama Paul dan Nabila, apabila ada kesamaan pada cerita, mungkin itu manifesting atau beberapa p...