Permainan selesai, Paul berhasil mencetak gol terbanyak dalam permainan kali ini, yang artinya team Paul adalah pemenangnya. Keringat Paul bercucuran, ia mengusap keringatnya dengan baju yang ia kenakan, perutnya sedikit terlihat. Nabila mengalihkan pandangannya pada perempuan berambut merah yang bermain sebagai team Paul, ia memperhatikan Paul tanpa jeda.
"Kenapa sih Paul harus ngangkat bajunya gitu, ngasih kesempatan orang aja buat ngeliat perutnya," sebal Nabila. Di lapangan ini semua pemain melakukan hal yang sama, karena hanya dengan pakaian merekalah keringat bisa dilenyapkan agar tidak mengenai mata mereka ketika bermain.
Paul yang masih bercucuran keringat pamit dengan teman-temannya, termasuk si rambut merah itu, usai berpamitan Paul menghampiri Nabila. Karena masih banyak orang disekitarnya yang Nabila yakin salah satu dari mereka akan mempaparazi dirinya, Nabila bersikap biasa saja, memuji pacarnya yang sangat ahli memasukkan bola ke dalam gawang lawan, memuji keahlian pacarnya untuk merebut bola dari lawan dan lainnya. Selain bernyanyi, Paul juga sangat ahli dalam bermain bola.
Melihat jam sudah malam, Paul mengajak Nabila untuk ke parkiran dan segera pulang, takut anak gadis pulang ke malaman.
Sesampainya di parkiran, Nabila hanya diam. Berbeda dengan sebelumnya, ia mengikuti Paul dari belakang, enggan untuk berjalan disebelahnya.
Sekarang kenapa lagi nih?
Paul sedikit kebingungan dibuatnya.
"Makasih ya sayang udah mau nemenin aku main bola. Bener kata bang Atta, kalau ada yang nemenin makin semangat."
"Iya."
Paul semakin yakin dengan dugaanya bahwa Nabila sedang kesal, apakah bermain terlalu lama membuatnya kesal karena bosan menunggu? Terlebih Nabila yang tidak suka bola.
"Kamu kenapa?" tanya Paul akhirnya.
"Gapapa."
"Kok jadi cuek gini, capek nunggu ya?"
"Ayo pulang sekarang." Paul mencoba untuk mengembalikan mood Nabila seperti ketika Paul menjemputnya. Seperti kata Abi, pergi aman pulang juga harus aman. Baik itu badan ataupun perasaan.
"laper? Mau jajan gak?"
Nabila menggeleng.
"Terus gimana? Aku bingung kalau kamu gak cerita."
Nabila memutuskan untuk jujur, ia tahu diam tidak akan memberikan jawaban.
"Cewek yang rambut merah itu cantik ya, dia daritadi ngeliatin kamu."
"Meskipun aku gak tau bola, tapi aku liat dia gak pinter main, dia cuma ngeliat kamu sepanjang pertandingan tadi. Dia suka ya sama kamu?"
Paul sekarang paham alasan kenapa setibanya di parkiran Nabila hanya diam. Mereka belum masuk ke dalam mobil, masih berdiri di dekat mobil Paul diparkirkan.
Nabila cemburu jika ada orang lain yang mengagumi Paul lebih dari dirinya. Meskipun Nabila terkadang mempertanyakan ini, apakah perasaan cemburunya salah?
Nabila tidak ingin dikatakan childish karena kecemburuannya. Sudah coba ia tahan, tapi perasaanya tidak bisa berbohong kalau dia sedang tidak baik-baik saja.
Paul mencoba menjelaskan, bahwa ia tidak begitu kenal dengan perempuan yang Nabila bahas. Setau Paul ia adalah salah satu pemain yang kebetulan satu team dengannya malam ini, nama yang tertulis di jersey nya sih, Kalista, tapi biasanya orang memanggilnya Tata. Hanya itu yang Paul tau, dan apa yang pacarnya cemburukan? Jangan takut Paul akan berpindah hati, sebab tidak akan ada yang bisa menggantikan Nabila di hatinya, siapapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE [OPEN PO]
Fiksi PenggemarINI FIKSI!!! Cerita ini dihadirkan karena banyaknya permintaan dari pembaca AU saya di tiktok @Bobayellow Ini adalah sebuah cerita fiksi dengan pemeran utama Paul dan Nabila, apabila ada kesamaan pada cerita, mungkin itu manifesting atau beberapa p...