"Senja itu momen yang paling indah setelah Sunrise Ma. Jika kita tidur untuk menunggu matahari terbit, maka kita bekerja seharian untuk menunggu momen emasnya matahari ketika terbenam." - Nabila Taqiyyah
"Halo kak Salma, gimana?"
Pagi ini Salma, teman seperjuangannya ketika sedang berkompetisi dulu menghubunginya melalui panggilan suara.
"Nab, kamu udah pernah motoran belum?"
Nabila diam sejenak untuk berpikir, kemudian menyahut,"belum kak."
"Nah pas banget kalau gitu." Salma terdengar sangat antusias di sebrang sana.
"Pas gimana kak?"
"Nanti sore, kita motoran. Nyenja gitu, aku liat-liat cuacanya bagus nih."
Nabila memindahkan ponselnya dari sisi kiri ke telinga kanan. "Ke mana aja kak?"
Salma menyahut," Ya daerah yang jalanannya cocok buat nyenja. Nanti aku cek google deh."
Nabila sebenarnya ragu apakah mamanya akan mengizinkannya motoran di Jakarta, secara itukan cukup berbahaya, kita tidak pernah tau orang diluar sana bagaimana.
"Aku izin mama dulu ya kak, nanti kalau diizinin aku langsung konfirmasi."
"Aman, bilang aja sama aku, pasti langsung jozzz."
Nabila tertawa, jozz jazz jozz, belum aja Salma tau bagaimana posesif mamanya, bisa melebihi keposesifan Paul, tapi mari kita lihat apakah ada izin yang akan diberikan untuk sore ini, namun sebaiknya tidak usah terlalu berharap.
Dengan perasaan ragu, usai mengakhiri panggilannya, Nabila turun ke bawah, mamanya sedang menonton tv sedangkan Gaza, adiknya sedang bermain mobil-mobilan di lantai sana. dan Abi, jangan ditanya pagi seperti ini sudah pasti ada di kantor.
"Mama...." panggil Nabila.
Tidak mau kehilangan momen penting dari filmnya, mama Nabila menyahut tanpa menoleh, "Iya sayang."
Nabila duduk di sofa yang diduduki mamanya, ketika itu mamanya sedikit bergeser agar Nabila dapat duduk dengan nyaman. Nabila menyandarkan diri di bahu mamanya. Melihat perbuatan Nabila yang manja begini mamanya tidak heran, justru akan sangat heran jika Nabila tiba-tiba bisa memasak, bisa pergi ke sana ke mari sendirian. Meskipun umur Nabila terus bertambah, tapi bagi orang tuanya, Nabila tetaplah putri kecil mereka.
"Mama nanti sore kan kakak gak ada latihan, tugas sekolah juga udah beres. Boleh gak kalau nanti aku motoran sama kak Salma? Katanya mau nyenja gitu."
Ucapan Nabila berhasil memalingkan perhatian mamanya dari film yang sedang ditontonnya. "Ke mana?" tanyanya serius.
Nabila mengangkat wajahnya yang menempel di bahu mamanya, agar dapat berbicara dengan jelas. Dan saat ini, dapat Nabila lihat wajah serius mamanya menanggapi pertanyaan tersebut.
"Kata Kak Salma ke jalanan yang bagus buat nyenja. Kalau mama izinin nanti aku gak pulang malem kok, terus nanti pulangnya aku bawain JCO."
"Gak usah nyogok."
Nabila memanyunkan bibirnya. Yah, sepertinya gagal nih.
"Aku belum pernah nyenja pakai motor di Jakarta, boleh ya kalau aku sekali-kali nyobain hal baru?" Masih berusaha untuk membujuk mamanya.
"Lakukan hal baru yang positif," intrupsi mamanya.
"Itu positif, dapat meringankan pikiran. Senja itu momen yang paling indah setelah Sunrise Ma. Jika kita tidur untuk menunggu matahari terbit, maka kita bekerja seharian untuk menunggu momen emasnya matahari ketika terbenam. Dan hari ini cuaca lagi bagus loh, kesempatan bagus banget buat nikmati ciptaan Tuhan." Nabila menjelaskan dengan sangat bersemangat. Matanya berbinar, seperti memancarkan sinar yang membuat siapa saja enggan untuk menolak permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY LOVE [OPEN PO]
Fiksi PenggemarINI FIKSI!!! Cerita ini dihadirkan karena banyaknya permintaan dari pembaca AU saya di tiktok @Bobayellow Ini adalah sebuah cerita fiksi dengan pemeran utama Paul dan Nabila, apabila ada kesamaan pada cerita, mungkin itu manifesting atau beberapa p...