32. CAFE KENANGA DAN FAKTA

1.9K 167 35
                                    

нαρρу яєαιηg
*
*
*

“Ya gak harus bilang ke Rony juga Nab!”

“Kamu udah gede, udah paham mana yang bisa kamu bagi ke orang mana yang gak bisa.”

Paul meluapkan amarahnya, ia tidak terima. Semalam, Rony memarahinya cukup lama, keduanya beradu argumen masing-masing. Rony yang terus menyalahkan Paul sebab meninggalkan Nabila begitu saja di Mall sendirian, sedangkan Paul yang tidak terima dengan pendapat Rony.

Menurut Paul, Rony masuk terlalu dalam ke hubungannya. Rony yang tidak tahu banyak tapi selalu saja menyalahkan tanpa mendengarkan penjelasan Paul. Ini bukan pertama kalinya mereka berdebat karena masalah Paul dan Nabila. Itulah mengapa kali ini Paul benar-benar muak dengannya.

Yang memiliki hubungan tersebut adalah Paul dan Nabila, jika mereka memiliki masalah yang harus diselesaikan, bukankah baiknya diselesaikan berdua saja? Rony tidak berhak ada di dalamnya.

Nabila diam saja, bingung harus merespon dengan apa. Pagi ini, Paul tiba-tiba datang ke apartmennya, memarahinya atas tindakan yang menurut Paul bodoh.

Padahal, itu pilihan terakhir yang Nabila miliki. Dari pada hal yang tidak diinginkan terjadi, bukankah lebih baik merepotkan Rony untuk menjemputnya?

“Kamu itu kalau ada apa-apa bisa langsung bilang aku, jangan dikit-dikit Salma, dikit-dikit Rony. Gimana aku gak jadi jelek di mata mereka.”

“Bilang kamu? Lihat coba HP kamu, kamu merasa udah bales chat aku gak?” Akhirnya Nabila membalas ucapan Paul. Dirinya tidak bisa ditindas terus oleh Paul. Sudah jelas ini salahnya.

Iya, ini salahnya.

“Dari kamu ngabarin kamu ada urusan aja aku langsung nanyain kamu ke mana, bahkan ketika aku sampai di rumah, aku masih nanyain kabar kamu. Ada kamu balas? Gak ada kan? Yang kayak gitu kamu suruh aku cerita ke kamu.”

“Kan aku udah bilang, aku ada urusan. Kamu bisa pulang sendiri tanpa cerita ke Salma atau Rony. More mature Nab! Sampai kapan mereka harus andil di hubungan kita.”

“Kamu marah karena Rony nyalahin kamu, padahal jelas ini memang salah kamu. Aku gak tau dan mungkin gak akan tau urusan kamu apa sampai ninggalin aku sendirian. Tapi, kamu pernah mikirin kondisi aku semalam gak? Aku juga gak akan melibatkan mereka kalau aku bisa Paul!”

Nabila tidak habis pikir, Paul kali ini cukup kelewatan batas. Dia egois, hanya memikirkan dirinya sendiri. Padahal jelas laki-laki itu tahu Nabila tidak pernah sekalipun menggunakan ojek online, terlebih malam hari.

“Kamu bukan gak bisa Nabila. Kamu gak mau. Belajar buat mandiri! Sampai kapan kamu mau bergantung sama orang lain?”

Paul sadar ucapannya kali ini cukup kelewatan. Nabila mungkin terluka, tapi ini demi kebaikan Nabila. Tidak seharusnya ia terus bergantung dengan orang lain, dalam beberapa kondisi Nabila harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri.

Mungkin cara Paul salah, terlebih waktunya tidak tepat. Tapi, bagaimanapun, ia harus mengatakan itu.

Nabila berjalan mendekati pintu, membuka pintu apartemennya lalu meminta Paul untuk segera pulang. Ia butuh waktu sendiri.

Kehadiran Paul pagi ini membuat moodnya semakin memburuk. Semalam, ia kesusahan tidur karena tidak mendapatkan balasan pesan satupun dari Paul.

Dengan usahanya, akhirnya Nabila terlelap. Melupakan sesal yang ia rasakan. Tapi, pagi ini masih dengan orang yang sama sesal itu kembali dihadirkan. Bahkan lebih parah dari sebelumnya.

INFINITY LOVE [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang