Hi! Welcome!
Gimana rasanya baca Unspoken versi cetak? Nggak mengecewakan, kan?Ini dia hadiah untuk kalian. Unspoken 2.
Selamat membaca 🥰
________________________________
Di sudut malam yang ringkih, tangisan bayi pecah menyibak keheningan. Langit bersorak sorai, bergembira menyambut kedatangan manusia baru di dunia. Pekikan girang dan ujaran lega terdengar dari luar ruang persalinan. Saling bermesra dan berpelukan, menuang segala rasa resah beberapa menit yang lalu sebab tidak lagi diperlukan.
Di dalam ruang persalinan yang cukup besar, seorang pria tidak sanggup menahan tangis haru. Meski ini adalah kelahiran putra ketiganya, namun hatinya yang sangat lembut membuat pria itu tidak sanggup untuk tidak mengeluarkan air mata.
Putra ketiga.
Berarti tiga kali ia melihat istrinya berada di ambang hidup dan mati. Semua demi melahirkan buah hati kesayangannya. Hatinya bergetar melihat betapa hebatnya perempuan yang dinikahinya ini. Mulai dari menahan sakit selama kontraksi, hingga melahirkan seorang putra ke dunia.
Tangan lembut seorang perempuan yang tengah berbaring di ranjang, mengusap halus wajah pria itu. Ia tersenyum, "Mas... Sudah. Jangan menangis terus."
Bhanu menunduk untuk mencium kening istrinya, sambil berulang kali mengucapkan 'terima kasih'. Hatinya sungguh bahagia, juga dipenuhi rasa syukur kepada Tuhan. Tasbih tidak ia lepas dari tangannya sejak tadi.
Bhanu mengelus rambut istrinya dengan halus. "Sayang... Kamu sungguh perempuan hebat."
Mendapat perlakuan itu, sang istri tersenyum sambil memejamkan mata. "Semua karena ada kamu di sampingku," balas Olive. "Mas Bhanu... Lebih baik kamu adzanin anak kita dulu."
Bhanu melepas pelukannya sembari tersenyum. Ditatapnya mata sang istri lama, lantas melihat ke arah putra kecilnya yang sudah diletakkan di tempat tidur khusus bayi. Bhanu kembali melihat Olive, "Kamu tunggu di sini ya, Sayang. Aku mau lihat anak kita."
Setelah istrinya mengangguk, Bhanu berjalan ke arah putranya yang sedang tertidur di tempat tidur khusus bayi baru lahir. Dipandangnya wajah kecil itu lama. Anaknya ini memiliki wajah yang sangat tampan dan cenderung mirip dengan ibunya. Senyum Bhanu terukir. Ia menyentuh dadanya sendiri, merasakan bagaimana jantungnya berdetak setelah melihat malaikat kecil yang sedang tertidur di depan matanya ini.
Tak lama kemudian, Bhanu mulai perjalanan hidup anaknya dengan doa yang ia kumandangkan.
***
Pagi datang menyapa dengan sukacita yang disampaikan lewat embun-embun halus dekat jendela. Kunjungan datang satu per satu, menyampaikan selamat pada kedua pasangan atas lahirnya putra ketiga.
"Aduuh si ganteng. Ganteng banget cucu Nenek, masyaallah..." Asmita gemas. "Mirip kamu lho, Live..."
"Hahaha oh ya, Bunda?" tanya Olive pada ibu mertuanya.
"Iya, masyaallah..."
"Lahirnya bersih banget, ya?" Kini kakak ipar Bhanu berbicara.
Olive yang sedang memeluk bayinya mengangguk sambil tersenyum manis. "Alhamdulillah..."
Bahu Bhanu dirangkul oleh kakaknya—Brian. Brian berkata, "Selamat, ya."
"Makasih, Mas."
Brian berbisik jahil. "Dia mirip Olive banget. Lo dapet hikmahnya doang, Nu."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN 2
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN (VERSI CETAK) Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma, konglomerat terkenal dengan berbagai macam perusahaan ternama. Banyak mata tertuju padanya sebab ketampanannya yang di luar logika. Namun pria itu hanya mencintai satu wanita yang tel...