Selamat membaca!
______________________
Sejak kejadian itu, Dharsan berakhir di rumah sakit jiwa. Kewarasannya hilang, begitu pula dengan akal sehatnya. Entah berapa kali anak itu harus disuntik karena hilang kendali. Dharsan selalu dihantui dengan kedatangan perampok hari itu, ia juga selalu terngiang akan dibunuh. Bahkan ia tidak berani lagi menemui pria laki-laki hingga harus ditangani oleh dokter dan perawat perempuan. Sebab setiap kali ia melihat pria laki-laki, otaknya mengelabui dan mengubah wajah semua pria menjadi wajah perampok hari itu.
Lebih mirisnya lagi, Dharsan tidak berani didekati oleh ayahnya sendiri.
Olive menutup mulutnya, menangis keras menunggu putranya di rumah sakit jiwa. Dharsan baru saja dibius hingga terjatuh pingsan karena kumat. Daffa mencoba menangkan sang ibu dengan memeluknya erat. Di sisi lain, ada Daisy yang sibuk menenangkan Bhanu. Bhanu menutup mata untuk menangis, tidak sanggup melihat putranya seperti itu. Apalagi ketika sadar bahwa putranya yang semula lebih tenang, menjadi kumat lagi setelah Bhanu datang untuk menjenguk.
"Ayah..." Daisy menitikkan air mata.
Ia tahu betapa hancurnya Bhanu setiap kali Dharsan berteriak saat Bhanu mencoba untuk mendekat. Dharsan selalu ketakutan dengan ayahnya, kemudian ia pasti akan langsung kumat hingga harus diberi suntikan oleh dokter dan terjatuh pingsan.
Asmita mendekati putranya. "Bhanu..." Wanita itu berkaca-kaca.
Brian mengelus pundak Bhanu. "Bhanu... Saran gue, lebih baik lo jangan jenguk Dharsan dulu. Dia takut sama lo."
"Tapi salah Bhanu apa?" lirih Bhanu pilu. Ia meninju tembok di dekatnya, meluapkan rasa sakit di hati.
"Lo nggak salah..." Brian mencoba menjelaskan. "Dharsan saat ini sedang trauma. Mentalnya lagi terganggu karena kejadian itu. Apalagi dia melihat sendiri bagaimana satpam rumah lo dibunuh dengan begitu sadis tepat di depan matanya sendiri. Kita harus beri dia waktu... Kalau lo terus jenguk dia, Dharsan nggak akan sembuh."
Kaki Bhanu lemas, begitu pula dengan dirinya. Bhanu itu pria hebat, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Apalagi putranya yang sampai mengalami gangguan jiwa sebab kejadian perampokan yang hampir menewaskannya.
"Olive..." Shella mengelus perempuan itu, mencoba menenangkan.
"Mbak... Akh." Olive tidak sanggup lagi. "Bisa nggak sakitnya Dharsan pindah ke Olive aja? Kenapa harus dia? Kenapa?" lirihnya pilu.
"Dharsan akan baik-baik aja. Percaya sama Mbak."
Asmita mengelus lengan putra keduanya. "Nak... Kamu harus kuat."
"Benar kata Brian," ujar Arya kepada Bhanu. "Sepertinya untuk saat ini kamu harus menjaga jarak dulu dari Dharsan. Dia sangat ketakutan. Jika kamu egois, kapan Dharsan sembuh? Kamu harus beri dia waktu..."
"Nak." Asmita menitikkan air mata. "Bunda yakin Dharsan akan bisa mengenalimu suatu hari ketika kondisinya lebih baik. Bunda yakin Dharsan akan mau mendekatimu lagi setelah dia sembuh. Kalau kamu mau dia cepat sembuh, tolong jangan dijenguk dulu. Biarkan Olive saja yang menjenguk, kamu jangan dulu... Nanti ketika kondisi Dharsan membaik, dia akan kembali padamu."
"Tapi..."
"Kamu mau Dharsan sembuh, kan?" tanya Asmita.
"Bhanu, gimana Dharsan bisa sembuh kalau tiap kali dia lihat lo, dia langsung kumat?" tanya Brian. "Lakukan ini demi Dharsan. Hanya untuk beberapa bulan sampai dia benar-benar sembuh. Gue yakin dia bisa ditenangin di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN 2
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN (VERSI CETAK) Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma, konglomerat terkenal dengan berbagai macam perusahaan ternama. Banyak mata tertuju padanya sebab ketampanannya yang di luar logika. Namun pria itu hanya mencintai satu wanita yang tel...