20 : : Ungkapan Rasa

81 14 43
                                    

Aku update 2 chapters hari ini dan bakal lanjut publish lagi minggu depan
Maaf, soalnya ada UAS, jd agak sibuk 😔
Minggu depan sepertinya bisa update, tp ngga setiap hari. Lihat sitkon yaa, thank you!

___________________________________

"Narendra itu disayang banget sama Ayahnya. Maklum, dia anak satu-satunya." Oma memasak sesuatu bersama Daisy di dapur.

Aroma lezat menyerbak. Jika tentang urusan dapur, Daisy sudah banyak belajar tentang memasak. Ibunya selalu mengingatkan Daisy bahwa memasak adalah hal dasar yang harus dikuasai. Bukan karena ia wanita, tapi karena memasak adalah salah satu bentuk cara untuk bertahan dari kelaparan. Meski berasal dari keluarga berada, Daisy sama sekali tidak manja. Ditambah pula ia mengikuti banyak organisasi yang membuatnya mandiri dan berbakat.

Daisy manggut-manggut mendengar ucapan Oma. Ia mengaduk sesuatu di penggorengan, membantu Oma memasak.

"Narendra itu orangnya hangat sekali. Dia selalu tenang saat ada masalah. Tapi kalau dia sedih, biasanya dia akan cari Oma dan bercerita." Oma tersenyum mengingat cucunya. "Dia itu hormat sekali dengan perempuan. Dulu saat ibunya masih ada, Narendra selalu diajarkan menjadi laki-laki yang baik. Sekarang dia tumbuh seperti itu, ibunya pasti senang sekali di alam sana."

Daisy hening sejenak.

"Kalau boleh tahu ... Ibu Naren meninggal kenapa, Oma?" tanya Daisy pelan, takut menyinggung.

Oma menghela napas panjang. "Kejadian itu di Belanda. Di sana, kami memiliki rumah bertingkat dua. Narendra suka sekali bermain di lantai atas dibanding lantai bawah. Soalnya kalau dari atas, ada pemandangan perkebunan yang luas. Saat itu dia sedang mainan seperti anak kecil biasa. Dia bermain mobil-mobilan yang ada rodanya, hingga secara gak sengaja, mobil mainannya jatuh ke bawah. Narendra nengok dari atas. Kebetulan pada zaman itu, rumah kami belum seratus persen selesai dibangun. Dia menangis ke ibunya karena mainan yang paling dia suka jatuh ke bawah."

"Pembatas besi di rumah kami di sana gak kokoh, masih sedikit goyang seperti mau jatuh. Saat ibunya Narendra melihat itu, dia cepat-cepat berlari menuju Narendra. Entah bagaimana, Narendra jatuh ke bawah bersama pembatas besi. Ibunya Naren langsung melompat menangkap Naren, memeluknya, dan berusaha mendarat dengan posisi dirinya rebah menghantam tanah dan Narendra di atas pelukannya. Ibunya Narendra langsung meninggal ketika kepalanya menghantam pembatas besi yang ikut jatuh. Dia meninggal sambil memeluk Narendra."

Daisy diam tak bersuara mendengar cerita itu. Betapa naasnya. Pantas saja Narendra sampai tidak berani menceritakan kejadian itu pada Daisy.

"Narendra itu sangat sayang dengan ibunya. Bagi dia, ibunya adalah segalanya. Sejak kejadian itu, Narendra yang masih kecil selalu menangis tanpa henti. Ayahnya juga terpuruk, tapi dia berusaha bangkit demi Narendra. Akhirnya dia memutuskan untuk membesarkan Narendra sendiri dengan penuh kasih sayang, menggantikan sosok ibu yang telah pergi. Oma melihat semua perjuangan ayahnya demi Narendra. Karena itu Narendra sayang sekali dengan ayahnya."

Daisy tersenyum sedih. Ia seolah dapat merasakan penderitaan yang Narendra alami sejak kecil. Fakta bahwa Narendra sampai menyimpan trauma tentang kejadian hari itu, semakin membuat Daisy merasa perih.

"Jangan ungkit tentang ibunya Narendra ke dia, ya?" pinta Oma. "Narendra akan terluka."

Daisy mengangguk. "Iya, Oma."

***

"Heyo, Bun!" Dharsan menghampiri ibunya yang sedang membuka paket. "Belanja mulu dah. Tiap hari dateeeeng aja paket. Heran."

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang