11 : : Berhati Dingin

105 18 11
                                    

Happy reading!

____________________________

Begitu bulan semakin naik, sejuk merengkuh bumi. Banyak manusia yang sudah berada di kediaman masing-masing, entah untuk beristirahat ataupun bersenang-senang dengan keluarga mereka.

Daisy memarkirkan motornya di parkiran rumah. Gadis itu hanya melepas helm, namun tidak dengan hoodie yang ia kenakan. Dia lelah sekali, baru saja selesai les malam.

Dengan rambut yang sedikit berantakan setelah melepas helm, gadis itu berjalan menuju teras. Kepalanya menoleh secara refleks ke arah sesuatu berbaju putih tidak jauh.

"Aaaaa!" Daisy tersentak kaget.

"Mbak?"

"Dharsan?" gumam Daisy. "Anjir! Dharsan! Sialan, kaget aku."

Dharsan mendekatinya. Dia tertawa saja, "Gitu aja kaget. Padahal aku nggak ada niat ngagetin Mbak."

Daisy mengelus rambut adiknya begitu berada dekat. "Ngapain kamu di situ?"

"Biasa... Cek Yupi sama Milki," jawab Dharsan.

"Jam segini?" tanya Daisy.

Dharsan mengangguk.

"Nggak dibawa ke dalem?" tanya Daisy.

"Biarin di kandang outdoor hari ini. Udara luar lagi enak banget. Suntuk nanti mereka bobonya di dalem mulu," ujar Dharsan.

Daisy mengajak adiknya berjalan masuk. "Kok kamu nggak tidur?"

"Belum ngantuk, Mbak," jawab Dharsan. "Mbak besok pulang sekolah ke mana? Sibuk?"

"Hhmm, nggak sih. Kenapa?" tanya Daisy, merangkul adiknya sebelah tangan.

"Anter aku, yuk, Mbak... Beli alat lukis baru," pinta Dharsan.

"Di mana?"

"Di Anantara."

"Oke!" Daisy mengangguk. Tangannya yang merangkul leher Dharsan ia keratkan, lalu tangan satu lagi mencengkeram kedua pipi adiknya itu karena gemas. "Besok Mbak mau traktir kamu makan katsu enak. Gimana?"

"Uuuhh... Pupuku." Dharsan kesulitan bicara hingga akhirnya Daisy melepas tangan dari pipi Dharsan.

Daisy mencium kepala Dharsan dengan sayang. Ditepuk-tepuknya kepala Dharsan, "Udah makin tinggi aja. Bentar lagi bisa tinggian dari aku nih."

"Iya. Biar Mbak jadi paling pendek nanti."

Daisy menoyor kepala Dharsan. Dharsan cengengesan. Tidak lama setelah itu, Dharsan balik merangkul kakaknya sebelah tangan.

"Aku mau ada olimpiade Kimia bentar lagi, Mbak. Doain, ya?"

"Pasti." Mereka berjalan menuju lift bersama-sama. "Adik Mbak pasti juara."

Betapa hangat...

***

"Pilih yang mana?" tanya Daisy menyuguhkan dua buah palet ke adiknya untuk dibeli.

"Ini." Dharsan mengambil yang di tangan kanan Daisy.

"Terus apa lagi?" tanya Daisy.

"Mau cari kuas." Dharsan berjalan menuju tempat kuas. Anak itu sibuk melihat-lihat, sampai akhirnya menentukan pilihan di beberapa jenis kuas. "Dah."

"Ayo!" Daisy mengajak adiknya menuju kasir.

Baru saja Dharsan membuka dompetnya, Daisy menghentikan.

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang