06 : : Kumara Narendra Agrasena

124 17 17
                                    

Bakalan update 2 chapters hari ini.

Selamat membaca!

_________________________

"Ish, Abang ini. Aku belum pakai sepatu, malah disuruh buka pengumuman beasiswa." Dharsan duduk di sofa sembari memangku laptop kakaknya. Sedangkan yang seharusnya gelisah, dengan santainya mengambil air minum di dispenser.

"Sekarang pengumumannya?" tanya Bhanu yang tiba-tiba datang. Dia duduk di sebelah Dharsan, ikut melihat laptop.

"Dharsan, bekalmu masih di dapur tuh. Jangan dilupain," ujar Daisy sembari memakai sepatu.

"Iya, Mbak." Dharsan memencet sesuatu hingga sebuah pengumuman muncul. "Anjaay... Lolos."

Bhanu bertepuk tangan lalu berdiri. "Keren!"

"Lolos?" tanya Daffa sambil mendekat, ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri.

"Lolos," kata Dharsan.

"Bunda..." Bhanu memanggil. "Anakmu lolos seleksi, Bun."

"Oh ya?" Olive datang dari kamar. Dara membuntutinya dari belakang, lalu berlari mencari ayahnya.

"Ayah!"

Tubuh Dara diangkat oleh Bhanu, "Aduh cantiknya anak Ayah."

Olive mendekati Daffa dengan wajah gembira. Dielusnya rambut putranya itu. "Lolos, Sayang?"

Setelah dibalas anggukan kepala, Olive langsung mencium pipi Daffa. "Hebatnya anak Bunda!"

"Bun, baru tahap pertama," kata Daffa.

"Iya tapi udah bagus namanya kalau lolos. Sainganmu se-Indo loh." Olive tersenyum. "Kamu mau Bunda hadiahi apa? Mau rayain di mana?"

Daffa terkekeh. "Bunda... Seleksinya belum selesai. Kalau lolos semua tahapannya, baru Bunda kasih Daffa hadiah. Ini baru lolos yang pertama, Bunda udah mau rayain aja."

"Menurut Ayah, Bunda bener kok. Setiap pencapaian, sekecil apa pun, harus dirayakan." Bhanu mengelus rambut Daffa.

"Ayo peluk Bunda dulu!" Olive merentangkan tangan.

Daffa memeluk hangat tubuh ibunya yang sangat ia sayangi. Kehangatan itu bertambah ketika sang ayah ikut merangkul bersama Dara di gendongannya. Juga Dharsan yang tiba-tiba memeluk dari luar.

Hangat sekali.

Daisy memandang semua anggota keluarganya itu. Perlahan ada cairan yang menggumpal di matanya. Ia tersenyum nyeri. Ada sedikit rasa sakit dalam hatinya yang tidak bisa ia gambarkan.

Ingin sekali rasanya menjadi Daffa. Daffa itu selalu berprestasi, selalu membanggakan, dan memiliki segala keberuntungan yang ada di dunia.

Daisy menghela napas berat. Andai saja dirinya juga seperti itu.

***

"Daisy, jangan lupa selesaikan materi yang Ibu minta, ya. Power point diperjelas. Kita besok ada sosialisasi ke beberapa SD." Suara seorang wanita terdengar dari telepon.

"Baik, Bu. Ini sedang saya kerjakan."

"Kamu di mana? Bisa kumpul sama anak-anak Forum?"

"Waduh... Saya lagi di sekolah, Bu."

"Loh, sekarang, kan, sudah malam. Ada acara apa di sekolah?"

"OSIS, Bu."

"Oh iya, Ibu lupa kamu ketua OSIS. Baiklah. Semangat, ya. Kamu lanjut aja."

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang