Selamat membaca!
______________________
Bhanu duduk di sofa ruang rawat inap bersama Daffa. Mereka sibuk melihat sesuatu ke laptop, menunggu pengumuman terkait terakhir seleksi beasiswa kuliah ke luar negeri.
"Kok lama?" Daisy meminum es boba, ikut duduk sebelah Daffa.
"Nggak tahu." Daffa sepertinya panas dingin.
"Kalau semisal semua nerima, kamu bebas pilih kampus gitu kan ya, Nak?" tanya Olive pada Daffa.
"Iya, Bun."
"Kamu ada naruh harapan di kampus mana?" tanya Bhanu.
"Harvard sama MIT," balas Daffa.
"Kalau keduanya nerima?" tanya Bhanu.
"Harvard kayaknya. Biar sama kayak Ayah," balas Daffa.
Bhanu tertawa kecil. Diuyalnya kepala Daffa gemas.
Dharsan membawa semangkok mie yang baunya semerbak di ruangan, membuat Daffa keroncongan tiba-tiba. Dharsan ikut duduk di sebelah mereka, meletakkan mie buatannya di meja.
Notifikasi email masuk, semakin membuat mereka berdebar. Ada lima buah universitas yang memberikan respon mereka lewat email, namun pengumuman tersebut bisa saja lolos dan bisa tidak. Ini adalah tahap terakhir seleksi. Jika tidak ada kampus yang menerimanya, maka Daffa dikatakan gagal.
"Email univ mana harus Daffa buka dulu, Yah?" tanya Daffa.
"Langsung ajaaa." Bhanu berucap santai. "Harvard."
"Ayo, Fa." Daisy menepuk-nepuk lengan Daffa. "Buka Harvardnya duluan."
"Bissmillah." Olive yang tiduran di ranjang melihat ke arah mereka.
"Nggak, pemanasan. MIT dulu." Daffa mengklik email dari universitas tersebut dan membaca pesannya teliti.
"Lolos tuh." Bhanu berseru.
"Waahh!" Daisy ikut senang.
"Keterima MIT?" tanya Olive.
"Iya." Bhanu mengangguk.
"Gas, Bang... Buka Harvardnya." Dharsan menyuruh.
Daffa berdiri sebentar, menggosok-gosok tangan dan menyiapkan mental. "Bissmillah, ya Allah." Baru saja ia duduk, Daffa langsung memencet email yang dikirim dari Harvard.
"Haammphh!" Daisy menutup mulut.
"I GOT INTO HARVARD!!!" Daffa berjongkok di sofa, memeluk Bhanu erat.
"HAHAHAHAHA!" Bhanu tertawa gembira. Dielusnya Daffa dengan sayang. "Selamat, Sayang."
Teriakan dan gema riuh mengisi seluruh ruangan, merayakan keberhasilan emas Daffa. Dharsan menyerang Daffa dengan pelukan, ditambah lagi dengan Daisy yang ikut bergabung, membuat Bhanu terhimpit di sofa.
"SELAMAT, ABAANGG!!" seru Dharsan.
"Selamat, Daffa! Selamat!" Daisy sungguh bangga.
Bhanu menepuk-nepuk ketiga anaknya sebab tidak bisa bernapas. "Hei! Bangunhh! Ayah ... sesak."
Mereka melepas pelukan itu. Gila saja Bhanu diserang dan ditindih tiga anak yang sudah besar-besar. Bhanu tertawa, membuat ketiga anaknya juga tertawa.
Namun di ranjang sana ada seorang ibu yang menangis. Daffa mendekati ibunya, memeluk Olive erat. "Bunda..."
Olive mencium putranya lama. Ia terisak, "Selamat, Sayang. Selamat..."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN 2
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN (VERSI CETAK) Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma, konglomerat terkenal dengan berbagai macam perusahaan ternama. Banyak mata tertuju padanya sebab ketampanannya yang di luar logika. Namun pria itu hanya mencintai satu wanita yang tel...