07 : : Merepotkan

124 16 36
                                    

Satu chapter lagi buat hari ini.

Enjoy!

_________________________

"Boleh ya, Ayah... Please..." Dharsan sedikit mengejar sang ayah yang hendak menuju meja makan restoran. Mereka baru saja mengambil sesuatu dari mobil dan kembali ke tempat makan. "Ada seri terbaru, Yah. Kata orang-orang, VR ini bagus."

Kini mereka berjalan berdampingan, Bhanu melihat putranya sejenak. "Berapa?"

"Harganya sekitar-"

"Nggak, maksud Ayah, kamu maunya dibeliin berapa?" tanya Bhanu halus.

Senyum Dharsan mengembang. "Satu aja," jawabnya langsung. "Dharsan janji deh nanti bakal lebih rajin lagi kalau Ayah beliin."

Tiba-tiba saja Bhanu sedikit merendahkan badan, menyodorkan pipinya. "Cium!"

Dharsan tertawa. Ia langsung mencium pipi Bhanu tanpa berpikir panjang. Selepasnya Bhanu langsung terkekeh. Satu tangan ia gunakan untuk mengacak-acak rambut Dharsan yang hitam. "Iya nanti Ayah belikan." Dirangkulnya Dharsan sebelah tangan.

Beberapa saat kemudian mereka sampai di meja makan, mengambil tempat di antara keluarga mereka. Sebuah restoran besar menyajikan berbagai macam hidangan menu, membuat keluarga tersebut sibuk melihat menu yang ada disajikan. Hari ini adalah hari untuk merayakan keberhasilan Daffa. Tentu tidak boleh diabaikan begitu saja. Mereka sampai menyewa sebuah ruangan pribadi khusus untuk keluarga mereka. Jangan kira murah. Harganya sangat mahal. Itu baru ruangan saja, belum harga makanannya.

"Daffa pesan apa, Nak?" tanya Olive.

"Tunggu dulu, Bun. Masih liat-liat," katanya yang sedang berdiskusi menu dengan Dharsan.

"Dara mau apa?" tanya Bhanu.

"Hhmm..." Dara berdeham cukup lama. "Ndak tau."

Olive menepuk Bhanu di sebelahnya. "Nggak apa-apa kita nggak ajak Daisy?"

"Dia belum pulang, mau gimana? Mending chat aja, mau dipesenin apa..." Bhanu memberi saran.

Olive langsung mengambil ponselnya dan terlihat seperti mengetik sesuatu. Gerakannya cepat, seolah sudah sangat hapal dengan letak huruf di keyboard ponselnya.

"Centang satu," kata Olive.

Bhanu melihat sejenak. Tidak lama kemudian, ia mengeluarkan ponselnya dari kantong celana. Olive mengamati apa yang suaminya lakukan. Bhanu menelepon seseorang, "Halo?"

"..."

"Daisy sudah pulang, Pak Danan?" tanya Bhanu pada supirnya.

"..."

"Ooh begitu... Baiklah, terima kasih." Bhanu mematikan deringan itu.

"Apa katanya?" tanya Olive penasaran.

Bhanu menggeleng. "Daisy belum pulang. Pak Danan bilang, dia mau cari Daisy sekarang."

Olive menghela napas panjang. "Dia hampir nggak ada waktu loh untuk kita. Kalaupun ada, cuma sehari-dua hari."

Bhanu mengangguk. "Mau gimana? Dia ikut banyak organisasi."

Olive hening, tidak tahu harus berkata apa. Dia juga tidak mengerti dengan Daisy. Entah apa yang Daisy cari dengan ikut banyak kegiatan sehingga membuat dirinya seperti mesin yang terus bekerja.

"Bunda, mau pesen." Dharsan berbicara.

Hal itu membuat fokus Olive beralih ke pesanan. Seorang pelayan datang dengan catatan di tangannya. Dia mendengar dengan cermat setiap pesanan yang diajukan keluarga Bhanu. Pelayan itu membacakan ulang segala hal yang ia tulis kemudian pergi setelah pasti benar.

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang