31 : : Epilog

220 16 45
                                    

Here's the epilogue 🦋

Happy reading!

_____________________

"Jadi bagaimana keputusan kalian?" Arya bertanya.

Seluruh keluarga besar Bhanu berkumpul di rumah Asmita, berunding terkait rencana untuk Dharsan ke depannya. Bhanu tampak kalut, ia tidak tahu harus melakukan apa. Pikirannya seperti terbebani sesuatu, terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Kalian belum membuat keputusan?" tanya Faris.

"Sepertinya Bhanu akan buat rumah baru, agar Dharsan bisa tetap tinggal bersama kami," ujar Bhanu. Itulah yang tebersit di kepalanya, sebab tidak mungkin akan selamanya tinggal di vila. Tidak mungkin juga meninggalkan Dharsan seorang diri, sedang Bhanu dan anggota keluarganya yang lain tinggal di rumah. Jahat sekali. Mau bagaimanapun, Dharsan memerlukan kehangatan keluarga. Jika ia dilepas seorang diri karena traumanya, ia akan hidup dengan kesepian dan kesendirian. Bhanu tidak mau anaknya merasakan hal itu.

"Bhanu..." Alya, bibi Bhanu, menentang. "Rumahmu dulu mahal sekali. Ada banyak kenangan penting di sana. Apa kamu yakin akan membiarkannya terbengkalai?"

"Bhanu nggak mungkin ninggalin Dharsan sendirian, Mbak." Pria itu masih memanggil bibinya dengan sebutan yang sama seperti dulu. "Hanya demi rumah? Rumah mahal nggak penting bagi Bhanu! Bhanu bisa membeli ratusan kali. Bhanu ingin agar Dharsan terurus."

Dharsan yang mendengar itu hanya menunduk.

"Gue ngerti lo punya banyak uang. Tapi coba pikirin lagi. Sayang kalau lo biarin rumah lama lo terbengkalai." Brian menambahkan.

"Trus Dharsan gimana, Mas?" tanya Bhanu.

"Dharsan nggak mau pulang ke rumah?" Shella bertanya pada kemenakannya yang duduk di antara Bhanu dan Olive.

Dharsan menggeleng.

Olive merangkulnya. "Nggak mau dia..."

"Trauma itu," ujar Brian.

"Bhanu ingin Dharsan tetap berada di antara keluarganya, supaya dia terurus. Kalau Bhanu nggak pindah tempat tinggal, gimana dengan Dharsan? Apakah dia harus hidup sendirian di villa?" tanya Bhanu. "Siapa yang akan mengurusnya? Bagaimana jika dia membutuhkan sesuatu?"

Keadaan menjadi hening beberapa saat. Orang-orang tampak berpikir jalan keluar terbaik untuk permasalahan ini.

"Kalau begitu..." Asmita menggantungkan kalimat. "Kamu bisa menitipkan Dharsan pada kami. Kami akan menjaganya."

Alis Bhanu mengerut. "Maksud Bunda?"

Asmita meneguk ludah. "Dharsan bisa tinggal di rumah ini. Kamu dan yang lain ... nggak perlu pindah rumah."

Bhanu berdiri. "Jadi Bunda sedang menyuruh Bhanu untuk membuang anak Bhanu sendiri?"

"Bu-bukan gitu." Asmita tergagap, sedikit mendongak melihat Bhanu yang sedang berdiri. "Nggak gitu, Nak. Dengarlah. Bunda bermaksud untuk menjaga Dharsan."

"Bhanu juga bisa jaga Dharsan. Maksud Bunda, Bhanu nggak bisa jaga anak?" tanya Bhanu tegas.

Asmita akhirnya berdiri. "Nggak, Nak... Jangan salah paham."

"Bhanu," panggil Faris.

Bhanu menoleh ke arah pamannya.

"Om paham maksud Bundamu. Bundamu ingin agar Dharsan tinggal bersamanya dulu. Itu sampai dia sembuh dari trauma. Nanti saat Dharsan sudah siap, dia akan kembali padamu," tutur Faris.

"Gue setuju, Nu." Brian berbicara. "Gue rasa ini jalan terbaik. Dharsan nggak akan kesepian di rumah ini. Apalagi sampai nggak terurus. Kami akan menjaganya dengan baik."

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang