Chapter ini akan ada sedikit bawang. Sedikit 🤏🏼
Happy reading!
_________________________
Bhanu membuka pintu mobilnya buru-buru. Peluh menyembul dari dahinya disertai debaran tak keruan. Pria itu keluar dari mobil dan berlari mendekati keramaian di pinggir jalan.
Ada seorang gadis berkacak pinggang, masih mengenakan seragam sekolah sembari menatap kendaraannya yang naas. Bhanu menarik lengan kirinya sehingga anak remaja itu berbalik tubuh.
"Dais?" Bhanu menatap putrinya terengah-engah.
"Ayah," jawab Daisy.
Sejenak Bhanu menunduk untuk menarik dan menghela napas panjang, mengusir kekhawatirannya. Disentuhnya wajah Daisy dengan kedua tangan, beralih ke bahu, kemudian lengan Daisy. "Are you okay?" tanya Bhanu.
Daisy mengangguk. "I'm so sorry for your car. I didn't mean to-"
Belum selesai Daisy berbicara, Bhanu langsung memeluknya erat. Napas Bhanu terdengar jelas di telinga. Betapa terengahnya pria itu saat ini, sampai deru jantungnya yang begitu cepat dapat Daisy dengar sebab kepala Daisy rebah di dada ayahnya. Daisy merasakan ada belaian kepala yang halus.
"I don't care," ucap Bhanu. "I don't care 'bout that car. As long as you're okay. Kamu... Kamu bikin Ayah cemas aja."
Daisy melepas pelukan itu. Netra Bhanu fokus mengamati putrinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kamu nggak ada luka, kan, hm?"
Daisy menunjukkan siku kanan yang terluka. Bhanu melihatnya dengan serius, "Ini aja?"
"Sepertinya." Daisy mengangkat bahu. Ia sungguh terselamatkan oleh kendaraan milik ayahnya itu. Mobil Bhanu mengeluarkan pelindung dari segala sisi ketika terjadi benturan, sehingga Daisy dapat terlindungi.
Bhanu berdecak. "Kamu gimana sih bawa mobil?!"
"Ya gitu... Anu..." Daisy menggaruk kepalanya. "Ngantuk."
"Ngantuk! Ngantuk!" Bhanu mendelik. "Kalau ngantuk, kenapa berkendara?!"
Daisy menunduk bersalah.
"Banting stir kamu, hah?"
"Iya."
"KAMU TAU ITU JURANG?!" Tiba-tiba saja Bhanu mendengkik, menunjuk tepi jalan.
Daisy meremas rok seragam sekolahnya menahan sesak.
"Syukur-syukur kamu selamat. Kalau jatuh ke sana, Ayah cari ke mana?!" Mata Bhanu memerah, sedikit menahan air yang tergenang di kelopak.
Terjadi keheningan yang emosional. Waktu berlalu beberapa detik tanpa ada satu pun dari mereka yang bicara.
"Mikir dong! Kamu pertaruhkan keselamatanmu dengan bawa mobil asal kayak begitu," tekan Bhanu.
"Maaf, Yah." Daisy menunduk dalam.
"Kamu ini!" Bhanu marah. "Ngantuk-ngantuk bawa mobil!! Sekali lagi kamu berani mikir bawa mobil kayak gitu, kamu nggak akan Ayah kasih izin bawa mobil ke mana-mana!"
Mata Daisy perih menahan embun yang menantulkan kaca dan mendesak ingin segera keluar.
"Kenapa sampai banting stir?!" tanya Bhanu, namun tak mendapat jawaban apa pun dari putrinya. Emosi Bhanu langsung meluap hingga ke ujung kepala. "JAWAB!!!" gertak Bhanu keras.
"Dai-Daisy merem karena nguap, trus pas buka mata ... ada anak SD nyebrang tiba-tiba depan Daisy. Makanya Daisy banting stir," jelas Daisy terbata. Kali ini air matanya turun tanpa mampu ia kontrol. Daisy tremor bukan main. Tak pernah ia lihat Bhanu murka sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN 2
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN (VERSI CETAK) Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma, konglomerat terkenal dengan berbagai macam perusahaan ternama. Banyak mata tertuju padanya sebab ketampanannya yang di luar logika. Namun pria itu hanya mencintai satu wanita yang tel...