30 : : Kepribadian Baru

156 19 7
                                    

Besok udah epilog 🌷
Siap-siap yaa, besok akan terjadi sesuatu di epilog 👋🏻

___________________________

Beberapa hari kemudian...

Senja sudah sedari tadi padam, digantikan langit hitam bertabur bintang yang indah. Malam yang hangat. Di halaman sebuah vila besar, dua orang ayah dan anak sama-sama rebah memandang langit yang gemerlap. Dharsan tiduran di rumput, beralas kepala perut ayahnya sebagai bantalan.

Sudah hari kelima mereka tinggal di vila pribadi milik Bhanu. Tidak ada pilihan lain. Dharsan tidak mau pulang ke rumah milik orang tuanya. Rumah megah itu menyimpan terlalu banyak memori mengerikan bagi Dharsan. Ingatan tentang bagaimana ia dikejar, ditangkap, dipukul, juga ingin dicabut nyawanya.

Tidak.

Membayangkannya saja Dharsan tidak mampu.

Maka dari itu Bhanu memilih jalan tengah dengan membawa Dharsan ke vila pribadi miliknya untuk ia tinggali. Tentu Dharsan tidak sendiri. Seluruh keluarganya menemani Dharsan di vila itu, meninggalkan rumah mewah mereka dan membiarkan rumah itu dijaga oleh beberapa orang kepercayaan Bhanu.

Sebab jika bukan mereka, siapa lagi yang akan mengurus Dharsan?

Olive datang membawa nampan berisi enam susu vanila hangat dan ditaruhnya di teras vila. Perempuan paruh baya itu tersenyum. Matanya merasa teduh melihat Bhanu yang bercerita sesuatu pada Dharsan sambil menunjuk angkasa. Dharsan yang tidur di perut Bhanu mendengarkan segala tutur ayahnya, menatap langit luas yang penuh dengan bintang. Sesekali Bhanu mengelus rambut Dharsan halus, semakin membuat perasaan Olive bahagia.

Putranya sembuh.

Dharsan sudah bisa melihat laki-laki tanpa merasa takut. Ia juga sudah mulai bisa mengenali orang-orang di sekitarnya. Sebab hal itu dokter memberi Dharsan izin untuk pulang.

Daisy dan Daffa datang mendekat sembari menggendong dua adik kembar mereka.

Dara berlari mendekati Bhanu dan Dharsan. "Ayah! Mas!"

Dua lelaki itu menoleh serempak. Kedua sudut bibir Bhanu terangkat. "Sayang?"

Dara ikut rebah, memeluk Bhanu pada celah yang ada. Bhanu terkekeh gemas. "Sudah selesai mainan sama adik-adik kamu?"

Dara mengangguk. "Sudah. Look! They're coming."

Dharsan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat kakak-adiknya mendekat.

"Hai, Dharsan..." Daisy duduk bersila di rumput. Lebih tepatnya di sebelah Dharsan sembari memangku Dean. Daisy mengacak-acak rambut Dharsan gemas. "Ternyata kamu di sini."

Dharsan membalas dengan senyuman saja. Daffa juga duduk di dekatnya bersama Darren. Darren menyentuh Dharsan sekali. "Mas."

Dharsan terkejut mendengar adiknya dapat mengucapkan kata 'Mas'. Satu lagi yang membuatnya sampai tersenyum, Darren tahu bahwa Dharsan adalah kakaknya. Tentu saja. Selama Dharsan dirawat di rumah sakit jiwa, Bhanu selalu menunjukkan foto Dharsan ke Dean dan Darren. Bhanu juga yang mengajarkan mereka untuk memanggil foto Dharsan dengan sebutan 'Mas' supaya ketika Dharsan sembuh, Dean dan Darren tetap mengenal kakak laki-laki mereka.

Dharsan mengelus rambut Darren. "Halo..."

Dean tertawa girang, menyentuh paha Dharsan yang duduk bersila. "Mas." Kini gilirannya menyapa.

"Iya..." Dharsan juga mengelus kepala Dean.

Olive yang semula menaruh nampan di teras, memindahkan nampan itu mendekat ke halaman. Ia menaruh barang bawaannya di rumput. "Bunda buatin kalian susu."

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang