Selamat membaca ❤
_______________________
Baru kali ini Daisy merasa jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Seperti disihir, dirangkul dengan banyaknya kasih sayang. Bulan demi bulan yang ia lalui bersama Narendra semakin menyemerbakkan harum dari cinta yang semakin dalam. Narendra hadir dalam hidupnya sebagai penghapus luka. Dia tidak pernah menghilang saat Daisy perlu.
Dia ... si penghancur badai kesayangan Daisy.
Daisy berjalan cepat mendekati Narendra yang membawa buket bunga, melambaikan tangan di atas sambil loncat-loncat. Sangat menggemaskan!
"Cantikku juara lagi." Narendra menyerahkan buket bunga pada Daisy.
Daisy membawa piala dan piagam penghargaan lomba debat Bahasa Inggris miliknya. Ini adalah kemenangan ketujuh Daisy di bidang debat. Benar kata Bhanu. Menjalani hal yang memang disukai lebih baik daripada menjalani banyak hal namun tiada memiliki rasa untuk melakukannya. Akhirnya Daisy tahu bagaimana rasanya menjadi juara dan ditepuktangani oleh banyak orang.
"Selamat ya, Cantik. Kamu memang hebat." Narendra tersenyum. "Sini piala sama barang-barangmu aku pegangin."
"Makasih." Daisy menghirup bunga besar yang Narendra berikan. "Waahh, harum sekali."
"Iya dong. Aku pilih bunga-bunga kesukaanmu," ujar Narendra sambil tersenyum.
"Kamu pesen ini tadi?" tanya Daisy.
Cowok itu menggeleng. "Aku udah pesen dari jauh-jauh hari dan baru ambil tadi saat sudah dirangkai. Aku ingin memberikanmu buket yang indah, jadi aku nggak mau penjualnya buru-buru. Kalau mesannya baru tadi, mereka akan cepat-cepat, takutnya nggak indah. Jadi aku pesen dulu, tadi subuh mereka kerjain pelan-pelan."
"Kamu mesennya jauh-jauh hari?" tanya Daisy. "Kalau semisal aku nggak juara, gimana? Rugi dong kamu beli."
"Aku akan tetap merayakanmu." Narendra mengubah kepala Daisy. "Sekalipun kamu gagal, aku akan tetap mencari cara untuk membuatmu bahagia, Daisy."
Daisy tersentuh. "Aaaaaww so sweet." Gadis itu menyenggol Narendra. "Kenapa kamu romantis banget sih?"
Narendra tertawa. "Cowok mana yang nggak akan romantis kalau punya pacar kayak kamu? Semakin dilihat, bisa bikin semakin jatuh hati."
Daisy menepuk lengan Narendra, berjalan bersamanya. "Kamu bisa aja!"
***
"Tembak Harvard, Fa!" Bhanu menunjuk laptop Daffa yang menyuguhkan banyak universitas yang dapat dipilih.
"Buset, Yah! Emangnya Daffa kayak Ayah?" tanya Daffa.
"Kan lo anak gue." Bhanu duduk di sebelah Daffa.
Olive tertawa kecil. "Ngebayangin kamu satu universitas kayak Ayahmu dulu, Bunda bangga sekali, Nak."
"Kalau kata Dharsan, Abang pilih MIT aja." Dharsan punya pendapat lain. "Toh bisa milih maksimal lima kampus luar negeri. Nanti, kan, tinggal nunggu pengumuman keterimanya di universitas mana."
"MIT bagus juga, Fa. Tambahkan aja dalam daftar kampus yang mau kamu tuju," ujar Olive.
"Bunda... Mas Daffa mau pergi, ya?" Dara sedih.
Hal itu mengundang tawa semua orang. Daffa meraih adik kecilnya. "Nanti kamu kangen nggak?"
Bibir Dara turun ke bawah seperti ingin menangis. Anak itu mengangguk, memeluk Daffa erat. "Nanti siapa yang Dara ajak berantem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN 2
Teen FictionSEQUEL UNSPOKEN (VERSI CETAK) Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma, konglomerat terkenal dengan berbagai macam perusahaan ternama. Banyak mata tertuju padanya sebab ketampanannya yang di luar logika. Namun pria itu hanya mencintai satu wanita yang tel...