28 : : Tragedi Malam Panjang

157 17 95
                                    

Hopefully gaada typo 🙌🏼

______________________

Dharsan duduk di sofa sembari bermain ponsel, melihat berita klub sepak bola kesayangannya. Ia bersandar di sofa, membaca komentar pada sosial media klub tersebut. Ada-ada saja suporter dari klub lain yang mampir untuk menghujat kemenangan klub kesayangannya. Terjadi perang komentar antara suporter satu dengan suporter lain, membuat Dharsan semakin serius membaca.

Seru sekali.

Tiba-tiba ia mendengar suara tak jauh. Dharsan menoleh sebentar, penasaran dengan suara apa. Anak itu bangun, pergi ke sebuah bilik untuk melihat apa yang terjadi. Tikus? Kucing?

Oh iya. Ngomong-ngomong, di mana para kucingnya? Biasanya mereka akan berkeliaran, tapi kenapa Dharsan tidak melihat satu pun dari mereka hari ini?

Dharsan berjalan ke suatu tempat. "Yupiii! Milkitaa! Cats! Kalian di mana?" Anak itu sibuk mencari-cari. Ia menyempatkan diri untuk melihat jam dinding, pukul sepuluh malam.

Ah, di mana kucing-kucingnya?

Dharsan sampai di sebuah ruangan, ruangan khusus yang sengaja dibuat untuk menjadi rumah kucing. "Yupi? Milki?" Dharsan mendekat, melihat kucing-kucingnya yang tertidur.

Tertidur?

Tidak.

Mereka berdarah.

"No-no-no..." Dharsan menggeleng. Diraihnya Yupi untuk ia gendong. "Pi? Yupi?" Digoyangkannya tubuh Yupi.

Ada darah mengalir di tubuh Yupi yang berbulu putih. Dharsan bingung dengan apa yang terjadi. "Yupi! Hei!"

Tak lama kemudian, atensi anak itu beralih pada Milkita yang juga dalam kondisi sama. "Milki!" Digoyangkannya kucing berwarna abu-abu itu.

Kucing-kucingnya tak kunjung memberi respons. Sungguh seperti binatang yang telah mati.

Setetes air mata Dharsan jatuh. Ia memeriksa anak-anak kucing yang lain. Semua sama. Mati.

Dharsan menggeleng sedih. Tidak. Ada apa ini? Kenapa semua mati? Ia sayang sekali dengan kucing-kucingnya. Dharsan tidak akan bisa menanggung fakta bahwa semua kucing yang ia pelihara mati.

Mereka berdarah di titik yang sama. Apa mungkin mereka dibunuh secara sengaja?

Dharsan keluar dari ruangan itu, ia harus mencari kain untuk menutupi kucing-kucingnya. Ia menemukan sebuah kotak kardus berisi kain yang digunakan khusus untuk para kucing. Dharsan mencari-cari kain yang sedikit panjang dengan mata berkaca-kaca.

"Diam!"

Dharsan tersentak! Sebuah pisau bertanggar di samping lehernya. Semua bulu di sekujur badan Dharsan bergidik ngeri. Ia mengangkat kedua tangannya gemetar.

"Bagus. Diam." Suara berat seorang pria terdengar di belakang.

Debaran tak menentu hadir dalam diri anak itu. Apakah rumahnya sedang dirampok?

Dharsan menguatkan hati. Tidak ada hal lain di kepalanya sekarang selain...

Bruuggh!

UNSPOKEN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang