Pukul 08.00 pagi.
Tadinya kami berniat untuk membeli sarapan. Tapi mobil Jimmy malah melintasi tempat pembuangan jasad ibu Ghea.
Banyak warga yang berkerumun di sana. Mobil polisi terparkir di sisi jalan.
"Kita aman,kan?" Tanyaku pada Jimmy yang matanya masih berfokus pada orang-orang yang berkerumun.
"akan tetap aman, jika tidak ada satupun orang yanh tahu perbuatan kita." Jimmy menginjak pedal gas, membawa mobil melaju menjauh.
"Lalu bagaimana dengan pesan ini?" Tanyaku.
Pesan yang kudapat dari seseorang yang tidak dikenal.
"Abaikan saja, Niana. Tidak perlu membalas, atau mengangkat telepon dari nomor yang tidak dikenali itu. Jika dia merupakan orang yang sama, dengan pelaku pembunuhan kedua orang tua Ghea, harusnya dia tidak sampai main-main, apalagi sampai lapor polisi untuk menggali lubang sendiri." Tatapan Jimmy terarah ke depan.
Wajahnya tidak lagi santai. Rahangnya mengeras, dia tampak tegang.
"Harusnya kita lapor polisi." gumamku di sampingnya.
"Niana... Dengarkan aku. Semua yang telah terjadi saling berkaitan. Dari Ghea yang menyerang dan menyebabkan Bu Nilam tewas, lalu dugaan Ghea yang terlibat dalam kasus pembunuhan adikmu. Sekarang gadis itu di penjara. Tapi, jasad orang tuanya ditemukan di samping rumahmu. hal ini nantinya malah menjadi bumerang. Bisa saja kamu dianggap sebagai pelaku, atas dasar balas dendam..." Jimmy menoleh padaku.
Idiotnya aku, tidak terpikirkan sama sekali sampai ke arah situ.
"Niana, prasangka-prasangka buruk, tentu nantinya akan menyudutkanmu. Setiap penjelasanmu, nantinya akan dianggap bualan belaka. Kamu tidak punya rekaman atau bukti, bahwa tewasnya kedua orang tua Ghea, tidak ada sangkut pautnya denganmu."
Sempat terpikirkan olehku menyalahkan jimmy, karena mengambil tindakan lain. Tapi saat mendengar penjelasannya, aku mengerti.
"Bayangkan Niana, ketika polisi datang dan menemukan jasad itu ada di samping rumah. Polisi tidak serta Merta membawa jasad itu pergi. Tentu nantinya akan ada investasi. Rumahmu akan kembali dipasangi garis polisi. Dan kamu pastinya akan menghabiskan waktu, berkunjung ke kantor polisi untuk memberi keterangan."
" Aku yakin, bahwa tidak hanya ghea yang terlibat. Gadis itu ada di penjara sekarang. Tapi hidupku tetap tidak tenang. Banyak teror yang datang. Jimmy, kasus ini berjalan lambat. Sidang selalu ditunda." Aku mengeluhkan apa yang terjadi.
Tidak ada jawaban dari Jimmy. Namun tangannya beralih menggenggam tanganku. Genggaman erat yang mencoba menenangkan.
**
Sampai di rumah pukul 09.00 pagi.
Jimmy membuka kotak makanan yang telah kami beli dari luar.
Mengingat kejadian tadi malam membuatku tidak nafsu makan.
Teringat darah dan bola mata yang terlepas, dan wajah hancur.
Jimmy yang telah menaruh makanan di wadah, menyerahkannya padaku.
"Lalu apa yang kamu lakukan tadi malam Niana?" Jimmy mengaduk-aduk makanan tanpa menoleh padaku.
"Maksudnya? Aku tidak melakukan apa-apa." Tidak mengerti apa maksud pertanyaan Jimmy.
"Riasan tebal, lalu menggunakan pakaian terbuka seperti itu. Memangnya kamu mau ke mana?" Matanya yang tadi tertuju pada makanan, kini menoleh padaku.
Aku menelan ludah, saat mendapati pertanyaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
jasad adikku Di plafon
Mystery / Thriller"sejak kapan kamu jual diri?" Niana berteriak lantang di hadapan adiknya. Niana marah, saat mendapati video dan foto tidak senonoh milik adiknya di s1tus dewasa. "Itu bukan jual diri Niana. Itu seni..." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut adikny...