TEMBAKAN DI LUTUT

3 1 1
                                    

"Apa tidak ada privasi di sini? Bahkan tubuhku belum mengenakan pakaian sehelai pun, dan kalian masuk ke ruangan ini. Ingat! Aku mengeluarkan banyak uang," ucap pria yang ada di atas ranjang, dengan nada kesal.

Beberapa penjaga yang baru masuk menghentikan langkah.

"Setelah selesai, segera keluar dan berkumpul di ruang tengah." Aku dapat melihat dua pasang kaki meninggalkan ruangan ini.

Pria yang di atas ranjang menggerutu.

"Aku ingin mandi dulu!" Ucap wanita yang ada di sudut ruangan. Tubuh tanpa busana itu melangkah menuju kamar mandi.

"Aku ingin lihat apa yang terjadi di luar? Aku rasa ini masalah besar. Sampai-sampai penjaga masuk ke ruangan ini dengan menenteng senjata."

Dari tempat persembunyian, aku melihat pria itu memunguti pakaian yang berserakan di lantai. Memakai kemeja dengan terburu-buru, setelahnya melangkah keluar kamar.

Aku tidak bisa bersembunyi di ruangan ini. Bergegas merangkak untuk keluar, lalu menatap ke sekitar ruangan.

Mataku tertuju pada gaun merah yang tergeletak di lantai. Gaun merah perempuan yang baru saja melangkah ke kamar mandi.

Aku mau melucuti pakaian yang aku kenakan, lemparkannya ke sembarang arah. Penggantinya dengan gaun merah yang tergeletak di lantai.

Gaun yang tidak kalah terbuka, gaun yang benar-benar membentuk tubuh. Tali tipis, menyilang di belakang punggung.

Aku meraih topi bundar dengan tepian lebar yang ada di meja, bergegas mengenakannya. Dari atas sampai bawah, aku mengenakan pakaian wanita yang tengah mandi, termasuk high heels.

Sebelum langkah kaki keluar dari ruangan ini, aku melepas topengku. Menggenggamnya erat.

Krrrrrrrrtt!

Berusaha untuk tidak gugup dan terlihat panik, saat melangkahkan kaki keluar kamar. Di bawah pandangan topi lebar yang aku kenakan, aku mencari pria yang baru saja keluar dari kamar.

Melihat pria itu berdiri di tengah gerombolan pria-pria berdasi lainnya. Ronald memisahkan antara perempuan dan juga laki-laki.

Mengingat semua laki-laki yang ada di sini merupakan tamu. Dia tidak bisa semena-mena dengan tamunya.

"Aku takut...." Aku menghampiri pria itu dan melingkarkan tangan di lengannya.

"Tidak perlu takut. Para penjaga sedang mencari perempuan yang memakai gaun berwarna putih dan mengenakan topeng."pria itu memegangi tanganku yang melingkar di tangannya.

Sedikit mendongakkan kepala, menatap Ronald yang berdiri di tangga. Matanya menatap ke setiap orang yang ada di lantai bawah.

Perempuan bernama Marry itu, berdiri di samping Ronald. Hidungnya berdarah. Sepertinya, Ronald curiga bahwa dia telah membantuku. Ya Tuhan, Marry.... Maafkan aku.

"SEGERA TEMUKAN GADIS ITU!" Teriak Ronald dengan suara lantang.

Wajah buruk rupanya, terlihat benar-benar marah. Dia melarang keras jasad pria bangsawan itu dibawa keluar dari gedung ini. Bahkan beberapa jasad tergeletak di samping jasad bangsawan itu.

Dia benar-benar panik. Tidak berhenti memukuli kepala. Dia takut masalah besar akan menimpanya, saat jasad bangsawan itu tewas di gedung miliknya.

Ronald meminta para tamu untuk naik lantai atas. Sedangkan perempuan diminta untuk berkumpul di tengah-tengah ruangan yang ada di lantai bawah.

Baru saja pria yang menggandeng ku melangkah, aku menghentikannya.

"Kamu juga akan ikut membawaku ikut ke lantai 2 kan? Aku tidak ingin ditinggal," ucapku sedikit merengek.

jasad adikku Di plafon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang