kamu kuburkan Dimana dia ?

29 4 0
                                    

Seseorang di bawah sana, mengarahkan senter tepat ke wajahku. Dia menemukan keberadaanku.

Bukannya lari masuk ke dalam rumah, aku malah terpaku. Orang yang ada dibawah mengarahkan senter ke arah dagunya sendiri. Memperlihatkan wajah yang ditutupi masker penutup mulut.

Jari telunjuk nya menempel di depan bibir. Mengisyaratkan aku untuk diam.

"NANIII!" Terdengar suara dari arah berlawanan. Suara yang ku yakini, milik ayah dari Ghea yang memanggil istrinya dalam gelap.

Aku yakin dia belum tahu apa yang terjadi pada istrinya. Dan bisa saja, setelah ini gilirannya merasakan hal yang sama.

Cahaya senter sudah padam. Aku tidak lagi melihat keberadaan pria itu dibawah. Hanya gelap.

"NANIIII!" Suara itu seperti mendekat ke atas teras rumahku.

Namun dalam beberapa menit kemudian, lampu bagian depan mobil menyala. Menyoroti paruh baya, yang merupakan orang tua Ghea.

"Nani?" Pria paruh baya itu berbalik badan, berjalan kembali ke arah mobil.

Pasti dia berpikir, bahwa yang ada di dalam mobil adalah istrinya.

Oh tuhan... Aku yakin pria mengenakan Hoodie itu yang ada di dalam mobil.

Melihat apa yang dilakukan pria berhoodie barusan, tidak menutup kemungkinan, dia juga akan mencelakai ayah dari Ghea.

Aku berdiri, lalu berteriak.

"Menjauh dari sana! Seseorang menyelinap masuk ke dalam mobil. MENJAUH!" Teriakku mengentikan langkah pria paruh baya itu mendekati mobil.

Pria paruh baya itu menoleh ke arahku. Dalam waktu bersamaan, lampu bagian depan mobil mati.

"ARRRRGHHHT!" Dalam jarak waktu beberapa detik saja, terdengar suara jeritan pria paruh baya itu.

Terdengar pintu mobil dibanting berkali-kali. Aku tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di halaman depan rumahku.

Berteriak minta tolong pun, belum tentu didengar oleh tetangga yang jarak rumahnya cukup kejauhan. Tidak akan ada yang mendengar, jeritan di tengah malam.

Jika seandainya ada yang mendengar, mungkin mereka lebih memilih untuk tetap dirumahh agar aman.

Bamb! Bamb! Bamb!

Terdengar suara pintu mobil dibanting berkali-kali. Aku hanya dapat mendengar kegaduhan yang ada dibawah, tanpa melihat jelas apa yang di alami pria paruh baya itu.

Jeritan melengking, napas yang berat, suara erangan, melebur menjadi satu bersama suara pintu mobil yang dibanting berkali-kali.

Ekkkkhhhhhhttt!

Suara seperti kerongkongan tercekat. Berdiri bulu romaku, saat mendengar lenguhan panjang itu.

Suara bantingan pintu mobil terakhir, menghentikan suara lenguhan.

Hening....

Meski tidak dapat melihat langsung apa yang terjadi, namun mendengar suara gaduh itu membuatku merasa mual.

Pria yang mengenakan Hoodie itu, melakukan hal mengerikan pada ibu Ghea. Dan dia, bisa saja melakukan hal yang lebih parah dari itu kepada ayah Ghea.

Aku menggigit jari kuku, bingung harus berbuat apa sekarang. Keadaan rumahku gelap gulita. Beranjak turun ke bawah pun aku tidak berani. Jika salah dalam melangkah, aku bisa jatuh bergulingan di tangga.

Tidak ada suara lenguhan, tidak ada suara pintu mobil yang dibanting. Benar-benar hening.

Aku menggeser tubuhku, menjauh dari teras balkon. Dalam gelap, aku malah membayangkan pria itu memanjat pilar menuju lantai balkon.

jasad adikku Di plafon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang