Perhatian salah satu harimau, tertuju pada kami yang tengah berlari. Tubuh besar binatang buas itu berjalan mendekati pintu yang tidak tertutup sepenuhnya.
Kepalanya mencoba untuk melewati pintu kandang. Dan... ya tuhan tubuh besar itu berhasil melewati pintu kandang.
Bian yang tengah menggendong tubuhku di bahunya, menoleh ke belakang.
"Oh sh*t!" Dia menggerutu.
Tubuhku semakin terguncang. Saat dibawa berlari lebih kencang lagi. Dapat kulihat satu harimau itu berlari kencang ke arah kami. Langkah kaki manusia, tidak sebanding dengan langkah kaki binatang berbahaya itu.
Rasanya aku ingin turun dari pangkuan Bian, ikut berlari dari kejaran seekor harimau yang hendak menerkam kami. Sekarang, Aku hanya bisa menggantungkan hidupku pada pria yang aku takuti sebelumnya.
Jika sampai kaki terjatuh, atau langkah kami dapat disusul oleh binatang buas ini, dapat dipastikan, nasib kami akan sama dengan nasib Leo. Aku yang hanya dapat melihat ke belakang, tidak tahu arah tujuan pria itu membawaku.
"ARRRGGGGGHHHT!" Teriakanku menggema di bawah hujan. Di saat aku harus melihat, harimau peliharaan keluarga Leo semakin mendekat.
Mungkin hanya dalam satu menit, harimau itu bisa menangkap kami.
Bian tidak lagi berlari kencang, dia berhenti.
Ya tuhan... hewan buas itu semakin dekat. Hanya dalam 5 langkah lebar lagi, hewan buas itu dapat menerkam kami. Terdengar suara pintu mobil dibuka. Bian membanting tubuhku pada kursi penumpang. Tubuhnya ikut masuk melangkahi tubuhku. Membanting pintu agar tertutup rapat.
Napasku terasa berhenti, saat wajah harimau itu berada dalam jarak yang sangat dekat dengan wajahku. Mengaum dengan suara menggelegar, memperhatikan taring tajam yang dipenuhi darah.
Tidak ada pembatas. Kaca mobil Bian terbuka, aku dapat merasakan hawa napas binatang buas itu menyapu permukaan wajahku. Bian meraih pinggangku, menyeretku agar menjauh dari jendela. Dia bergegas menyalakan mesin mobil, lalu menutup jendela kaca.
Hewan buas itu berusaha memasukkan kepalanya lewat celah, mengaum di hadapan kami. Tatapan liar dari hewan buas itu, membuat ku tidak berani untuk bernapas.
Bersandar di tubuh Bian yang ikut basah, menekuk kaki agar tidak terjamah oleh binatang buas itu.
Kaca jendela mobil tidak dapat tertutup sepenuhnya, mengingat kepala hewan buas itu masih berada di sana. Terjepit di antara celah. Tapi untuk kali ini pergerakan hewan itu terbatas.
Beruntung hanya bagian kepala saja yang melewati jendela, jika tangan hewan itu juga ikut masuk, dia bisa menarik tubuh kami untuk ikut keluar.
Bian mengangkat sebelah kakinya, menendang wajah harimau yang membuka mulutnya dengan sangat lebar. Berkali-kali dia melakukan itu, bahkan aku gamang saat harus melihat kaki Bian hampir sama masuk kedalam mulut harimau yang terbuka.
Mobil yang kami tumpangi berguncang, mengingat kepala harimau itu berusaha keluar dari jepitan jendela kaca.
Sedangkan aku, hanya meringkuk melihat pemandangan mengerikan itu. Bergerak satu inci pun aku tidak berani, apalagi melakukan hal yang sama untuk membantu Bian.
Pria itu masih melakukan usahanya, berusaha mengeluarkan kepala harimau yang terjepit di antara celah jendela. Mungkin akan lebih mudah, jika membuka sedikit jendela kaca. Namun tindakan itu juga mengundang resiko, karena bukannya pergi, harimau itu bisa saja mau ke dalam mobil.
BRAK!
Tendangan kuat membuat jendela kaca retak, kepala besar hewan itu akhirnya keluar dari celah. Harimau itu mengelilingi mobil, bahkan naik dan berdiri pada bagian kaca depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
jasad adikku Di plafon
Mystery / Thriller"sejak kapan kamu jual diri?" Niana berteriak lantang di hadapan adiknya. Niana marah, saat mendapati video dan foto tidak senonoh milik adiknya di s1tus dewasa. "Itu bukan jual diri Niana. Itu seni..." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut adikny...