"ARRRRGHHHT!"
Ghea keluar dari tempat persembunyiannya. Beberapa petugas yang menyadari keberadaannya, segera menghampiri.
Jimmy yang berada di sampingku, menyeret ku untuk menjauh. Terlebih melihat Ghea yang mengayunkan pisau, tidak tentu arah.
Empat orang petugas, berusaha mencegah ghea untuk keluar dari lingkungan rumah sakit jiwa ini.
Tidak mudah melumpuhkan orang gila yang mengamuk. Jika tidak berhati-hati, pisau itu bisa saja melukai tubuh petugas.
Seorang polisi yang menyadari keberadaan Ghea, langsung menodongkan senjata api. Meminta gadis itu untuk menurunkan senjata tajam yang ada di genggamannya.
Tidak tahu apakah ini akan berhasil. Mengingat gadis itu tengah terganggu jiwanya.
Dia mengabaikan perintah petugas polisi. Bukannya menurunkan senjata, gadis itu malah menarik salah saru petugas, lalu mendekapnya dari belakang. Mengarahkan pisau itu ke bagian leher.
Menjadikan petugas itu tawanan, agar dia bisa bebas dan melarikan diri.
Beberapa orang menenangkannya, memintanya untuk tidak menyakiti petugas yang ada di dalam dekapan.
Gadis itu berjalan mundur, hendak meninggalkan pekarangan RSJ ini.
Salah seorang petugas polisi melangkahkan kaki hendak mendekat, melihat itu Ghea panik dan menghunjamkan pisau pada pria yang ada di dekapannya.
Pria itu mengerang, saat pisau itu kembali dicabut.
Tidak hanya sekedar ancaman, dia benar-benar menyakiti pria itu jika orang-orang berani mendekatinya.
Matanya liar, menatap satu persatu orang-orang yang ada di sekitar halaman depan.
Ghea mundur hingga dia sampai di tepian jalan. Sebuah mobil hitam metalik berhenti tepat di belakangnya. Pintu mobil terbuka.
Ghea melepas pria yang ada di dalam dekapan, mendorongnya untuk menjauh.
Setelahnya, gadis yang berantakan itu masuk ke dalam mobil hitam yang menanti.
"Jimmy... Dia tidak gila. Orang gila tidak akan berbuat seperti itu. Gadis licik itu telah merencanakan ini semua."
"Kita pulang Niana... Keadaan tidak kondusif, kita tidak bisa berkeliaran disini. Ayo!"
Bulu kuduk ku kembali meremang. Membayangkan Ghea yang berhasil kabur. Teringat apa saja yang telah ia lakukan. Menyerangku, lalu menyerang Bu Nilam hingga tewas.
Gadis itu benar-benar berbahaya. Dan sekarang dia berhasil meloloskan diri.
***
Aku dan Jimmy menghempaskan tubuh di sofa.
"Apa kamu mencium sesuatu?" Tanya Jimmy padaku.
Aku menarik napas dalam-dalam.
"Tidak..." Aku menggeleng.
"Baunya benar-benar menyengat..." Wajah jimmy memperlihatkan rasa tidak nyaman.
Aku kembali menghirup napas dalam-dalam, sekarang aku bisa merasakan bau yang menyengat itu masuk ke dalam rongga hidungku.
Jimmy berjalan ke arah dapur, membuka tong sampah lalu mengeluarkannya.
"Ah baunya masih tetap ada... bau apa ini?" Ucap Jimmy setelah selesai membuang sampah yang ada di dapur.
Tidak melanjutkan untuk istirahat. Aku dan jimmy mencari asal bau busuk yang tercium.
Kamar mandi, dapur, kamarku, kamar Talitha, ruang tengah, semuanya tidak luput diperiksa. Tapi kami tidak mendapati sumber bau busuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
jasad adikku Di plafon
Mystery / Thriller"sejak kapan kamu jual diri?" Niana berteriak lantang di hadapan adiknya. Niana marah, saat mendapati video dan foto tidak senonoh milik adiknya di s1tus dewasa. "Itu bukan jual diri Niana. Itu seni..." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut adikny...