Berlarilah gadis kecil

0 0 0
                                    

Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Saat merasa tidurku terganggu, oleh sinar matahari yang menyoroti wajahku.

Zzzzk!

Hanya bergerak sedikit saja, aku merasa tubuhku berpindah tempat. Aku langsung menyadari sesuatu. Aku tidak sedang berada di kasur empukku. Aku tidak sedang berbaring di sofa ruang tengah rumahku. Aku... berada di atap gedung yang tinggi.

Segera membuka mata, dan mendapati tubuhku sudah berada di tepian atap. Untuk menarik dan menghembuskan napas saja aku tidak berani saat ini.

Zzzzzk!

Tubuhku kembali bergeser. Mungkin hanya dalam jarak 30cm, tubuhku bisa berguling dan jatuh ke bawah.

Secepat kilat tanganku berpegangan pada atap. Beruntung atap gedung ini, memiliki permukaan yang kasar. Memudahkan tanganku untuk berpegangan.

Namun sialnya, gaunku menjuntai ke bawah. Harus bertumpu pada satu tangan, sedangkan satu tangan lagi menarik Manarik ujung gaun.

"ugggghhht!"

Aku harus mengandalkan satu tangan, untuk bertahan. Beringsut, untuk menjauh dari tepian atap.

Mendorong tubuh dengan kaki, agar bisa naik lebih tinggi. Gaun ini mempersulitku dalam bergerak. Hanya dapat menggeser tubuh beberapa cm saja. Tidak dapat bergerak cepat.

Beruntung aku bangun tepat waktu, kalau tidak, mungkin tubuhku sudah bergulingan dan mendarat di bawah.

Masih merangkak, sampai akhirnya aku kembali berada di atap paling atas. Meski matahari pagi terik, tapi hawa pagi ini terasa dingin.

Perutku terasa lapar, dan sekarang aku terjebak di atas ketinggian. Bagaimana nasibku kedepannya. Apakah aku bisa lolos dari tempat ini? Atau mati mengering di atas atap.

Aku menggulingkan badan, merangkak di atas atap. Beringsut dengan hati-hati, karena permukaan atap sangat miring.

Merangkak ke arah balkon. Mencoba mendekati tepian atap, untuk mengintip keadaan di bawah. Kembali mengandalkan satu tangan untuk menahan tubuh.

Aku melihat banyaknya penjaga di bawah sana. Mengelilingi bangunan luas dan tinggi ini. Aku yakin mereka sedang mencari keberadaanku.

"Tol*l siapa yang memberikan senjata api? Siapapun yang tengah mencoba membantunya, aku akan menggantungnya di tengah keramaian!" Samar-samar terdengar suara umpatan di teras balkon.

Ronald dan perempuan bernama Marry itu tengah menatap keadaan di bawah.

"Aku juga tidak tahu.... Aku tidak mungkin berkhianat padamu. Tidak ada untungnya aku menolong gadis itu. Percayalah!" Marry mengalungkan kedua tangan di bahu Ronald.

"Jika sampai kamu berkhianat! Camkan ini baik-baik. Aku akan menggantungmu di tengah banyak orang, menguliti tubuhmu, lalu menyiramnya dengan air garam. Takkan kubiarkan kamu mati sebelum jeritanmu menggema sampai langit ketujuh." Ronald mencengkram leher perempuan bernama Marry itu.

Perempuan itu melepaskan rangkulannya. Raut wajahnya berubah. Namun dalam hitungan detik, dia berusaha untuk bersikap normal.

"Percayalah padaku... Kamu mengenalku sedari lama. Tak pernah sekalipun aku berkhianat. Aku merasa sedih, jika kamu melayangkan tuduhan itu padaku."

"Ah, sudahlah... aku harus ke lantai bawah. Meminta setiap petugas untuk memperketat penjagaan. Gadis itu seperti belut, bisa menghilang dan pergi begitu saja. Setiap ruangan harus kembali diperiksa. Jika dia memang melompat ke bawah, harusnya dia mati. Tapi aku harus menemukan jasad gadis itu terlebih dahulu... Saat di dalam negeri, dia dilindungi anakku. Jika Bastian bukan anakku, aku akan meminta anak buahku untuk  menghabisinya." Ronald meninggalkan perempuan yang mengenakan pakaian minim itu di teras balkon.

jasad adikku Di plafon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang