Benar-benar perih. Tidak sekali dua kali, air itu melewati rongga pernapasan. Dalam tangki air yang sempit ini, aku mendongakkan kepala ke atas.
"Haaaaaaah," setengah wajahku muncul ke permukaan air. Aku menghirup napas dalam-dalam, menahan diri untuk tidak terbatuk.
Ada dua pilihan sekarang. Mati dalam keadaan tenggelam di dalam air, atau mati dibunuh dua Orang yang mendapatiku masuk ke wilayah mereka.
"Bisakah kamu pinjamkan ponsel? Aku ingin memeriksa tangki ini?"
Bugh! Bugh! Bugh!
Tangki air tempat aku bersembunyi bergetar. Seseorang memukulnya.
Aku kembali menyelam masuk ke dalam tangki. Jika sampai pria itu menyoroti tangki air yang gelap ini, dan menemukanku, tamatlah riwayatku.
Menunggu apakah cahaya ponsel itu akan segera menyinari tangki. Aku benar-benar sudah pasrah dengan hidupku.
Mungkin jika seandainya mereka ingin membunuhku, Aku berharap mereka tidak menyiksaku terlebih dahulu.
Namun mulai beberapa detik, tidak ada pantulan cahaya yang masuk ke dalam tangki air ini.
Apa mereka sudah pergi? Apa mereka sudah meninggalkan bilik kuda ini?
Rasa sesak membuatku kembali mendongak ke atas. Membiarkan separuh wajahku mencuat ke permukaan.
Krusuk! krusuk! krusuk!
Saat wajahku mencuat, aku mendengar suara langkah kaki itu menjauh,di iringi suara berisik pintu yang ditutup.
Mengangkat kepala sedikit lagi, hanya untuk mengintip keadaan di sekitar. Kosong. Dua orang pria itu sudah pergi.
Namun aku tidak berani keluar dari tempat persembunyianku. Masih berendam di dalam air yang sedikit bau ini. Tapi setidaknya sekarang. Aku tidak harus membenamkan kepalaku ke dalam air. Aku bisa bernapas sekarang.
Ya Tuhan....
Aku segera melepaskan tas kecil berisikan ponsel dan dompet yang ikut terendam di dalam air. Jika sampai ponselku rusak, aku tidak bisa meminta bantuan dan meninggalkan tempat ini.
Tubuhku tersentak saat kembali mendengar suara berisik itu.
Sepertinya dua orang pria itu telah menutup pintu utama.
Matilah aku. Aku terkurung di gudang ini bersama kuda.
Untuk sekarang aku mencoba berdiri, keluar tangki air yang sempit. Namun sayangnya, saat mencoba untuk keluar,tangki ini malah jatuh dan terguling ke lantai.
Beruntung tidak menimbulkan suara yang berisik, karena tangki uang terbuat dari seng ini ini menimpa tumpukan jerami.
Terasa mudah sekarang. Aku tidak perlu melompat atau memanjat. Hanya perlu merangkak keluar dari tangki.
Tidak ada bagian tubuhku yang kering sekarang. Semuanya basah kuyup.
Kulihat jari jemari dan beberapa anggota tubuh ku keriput karena terlalu lama berendam di dalam air. Badanku gemetar kedinginan.
Menyandarkan tubuh pada jemari, Aku mengeluarkan seluruh isi tasku. Meraih ponsel dan mendapati benda pipih itu dalam keadaan mati total.
Sial sial sial.
Entah bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini.
Aku menaruh ponselku di tumpukan jerami yang kering. Berharap tumpukan jerami dapat menyerap air pada ponselku.
Sekarang, terjebak di dalam gudang, dalam keadaan basah kuyup, kedinginan, dan sekarang ponsel ku dalam keadaan mati total.
Di wilayah ini sangat dingin. Ditambah tubuhku yang basah. Aku menggigil di atas tumpukan jerami.
KAMU SEDANG MEMBACA
jasad adikku Di plafon
Mystery / Thriller"sejak kapan kamu jual diri?" Niana berteriak lantang di hadapan adiknya. Niana marah, saat mendapati video dan foto tidak senonoh milik adiknya di s1tus dewasa. "Itu bukan jual diri Niana. Itu seni..." Mendengar kalimat itu keluar dari mulut adikny...