seseorang bersembunyi di dalam rumah

19 3 0
                                    

"PAMELAAAAAA!" Jeritanku melengking saat kepala pria itu jatuh ke lantai dan mengenai kakiku.

Terdengar suara langkah yang panik, berlari menghampiri.

"Ada apa Niana? Ada apa?"

Tanganku menunjuk pada satpam yang terbaring di lantai.

Sama dengan ekspresiku di awal, pamela memperlihatkan wajah syok.

Dia langsung bersimpuh di hadapan satpam yang terbaring dengan mata melotot.

"Apa dia tewas?" Tanyaku ketika pamle menaruh dua telunjuknya di bagian leher samping. Memeriksa apakah pria itu masih hidup atau sudah tewas.

"Dia masih hidup!" Ucap Pamela yakin dan menggebu-gebu.

Aku yang tadinya berdiri, ikut bersimpuh di hadapan tubuh pria itu.

Seperti orang yang berpengalaman, pamela mengkangkat dagu satpam lebih tinggi dari kepala. Membuka mulut lebih lebar lalu memasukkan tangannya ke dalam mulut, menyentuh lidah satpam.

Entah apa yang akan dia lakukan. Tidak tahu apakah cara ini akan berhasil atau tidak menyadarkan satpam bernama pak Bagas.

Wajah pak Bagas tampak kelabu, matanya masih tetap terbuka. Masih ada harapan, saat aku mendengar bahwa dia masih hidup.

Tidak berhenti menyebut nama tuhan. Meminta bantuan, agar nyawa pak Bagas dapat diselamatkan. Sebentar lagi istrinya akan melahirkan, dia tidak boleh pergi tanpa melihat buah hatinya.

Entah kenapa aku menggantungkan harapan pada Pamela. Meski penampilannya acak-acakan karena baru bangun tidur, bahkan dia menggunakan sandal dalam keadaan terbalik. Tapi aku harap tindakannya dapat membuahkan hasil yang baik.

Masih mengangkat dagu pak Bagas lebih tinggi dari kepala. Dan Pamela masih sibuk dengan Aksi pertolongannya.

Deg deg deg deg.

Detak jantungku tidak karuan.

Takut tindakan ini sia-sia.

Namun keajaiban datang, saat mata pak Bagas tiba-tiba berkedip. Terdengar hembusan napas kasar di iringi suara batuk. Pria yang tadinya aku pikir tewas, sadarkan diri.

Merasa senang, aku langsung saja memeluk tubuh pria gempal yang terbaring itu.

"Terimakasih untuk tidak pergi!" Bisikku ke telinganya.

Aku dan Pamela memutuskan untuk membawanya kerumah sakit. Karena dia jelas butuh pertolongan dari tim medis.

**

Tidak berhenti berterimakasih pada Tuhan, karena tidak membiarkan orang lain mengalami hal buruk karena tugasnya dalam menjagaku.

Rasanya tidak akan mampu membayar jasanya dengan uang.

"Niana, sedang apa disini? Apa kamu terluka lagi?" Aku menoleh ke arah sumber suara.

Mendapati dokter Bastian.

Aku menjelaskan tentang keadaan satpam yang berjaga di rumahku, yang kini sedang mendapat penanganan di UGD.

"Apa dia masih bisa berkomunikasi?" Tanya dokter Bastian.

"Masih bisa... Hanya saja keadaannya masih lemas."

Tidak tahu apa yang terjadi, pada satpam saat berjaga di depan rumah. Entah dia tumbang karena suatu penyakit, atau mendapat serangan.

Setelah menjelaskan semua yang terjadi, dokter Bastian mulai berspekulasi.

"Bisa saja kondisi itu diakibatkan lidah tertelan."

jasad adikku Di plafon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang