KUHARAP MEREKA SEMUA MATI

17 4 0
                                    

POV Ghea

"Mama nggak masalah kalau kamu berteman dengan siapa saja. Tapi tidak dengan Ghea, Talitha."

Belum juga aku meninggalkan rumah ini, aku mendengar orang tua Talitha yang berbicara seperti itu.

"Beri aku alasan Ma, kenapa aku harus berhenti berteman dengan Ghea?" Aku semakin menempelkan telingaku pada daun pintu. Menguping  pembicaraan ibu dan anak itu.

"Tanpa bertanya, kamu harusnya tahu. Kamu tidak lagi menjadi anak perempuan yang berlaku manis. Selalu mengikuti maunya Ghea. Jangan pikir, Mama nggak tahu kamu mendatangi klub malam hanya untuk ikut merayakan pesta ulang taun Ghea. Tidak lagi berpakaian rapi, kamu lebih memilih pakaian terbuka yang kamu anggap lagi trend itu. Dia membawa pengaruh buruk. Kenapa kamu tidak dapat menolak, saat dia memintamu Menggunakan pakaian yang dia berikan? Rok sangat pendek, dan baju dengan belahan dada yang rendah. Apa kamu tidak malu, saat anggota tubuhmu dipandang oleh pria mesum di luar sana?"

Masih terjadi perdebatan antara Talitha dan orang tuanya.

Aku yang sedang menguping pembicaraan di depan pintu, harus dikagetkan oleh kedatangan papa Talitha.

"Kamu ngapain Ghea? Kenapa tidak masuk ke dalam?"

"Aku baru dari dalam, dan hendak pulang... permisi ya om..." Aku gugup dan bergegas meninggalkan orang tua Talitha yang baru pulang dari bekerja.

Dasar orang tua kolot. Kenapa mempermasalahkan hal-hal sepele seperti itu. Kenapa harus menjelek-jelekkanku?

Aku tidak terima harus mendapat perlakuan seperti itu. Sebelum mereka ingin memisahkan Talitha dariku, aku yang akan memisahkan mereka, dari Talitha.

Meluapkan kekesalan dengan menendang mobil milik orang tua Talitha, namun menyadari bahwa papa Talitha yang baru datang lupa mengunci pintu mobil.

Sepertinya orang tua kolot itu harus diberi pelajaran. Kalau perlu dikirim ke neraka sekalian.

Tidak berniat untuk pulang, aku malah memikirkan cara untuk menghukum orang tua Talitha dengan mulut busuknya.

Masuk ke dalam mobil, berdua diri si sana.

Sepertinya aku tahu hukuman yang tepat untuk orang tua yang merasa dirinya paling suci di dunia.

Tersenyum, menanti fajar.

***

Harus rela menahan panas, dengan bersembunyi di dalam mobil orang tua Talitha semalaman.

Beruntung aku bangun lebih dulu, sebelum kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil.

Klik.

Kedua orang tua Talitha, memasuki mobil. Mereka bersiap untuk pergi bekerja.

"Papa harus bicara sama Talitha... Dia mulai susah dibilangin. Aku nggak suka, dia terlalu dekat dengan anak yang bernama Ghea..." Perempuan kolot itu memulai pembicaraan pagi ini dengan kembali menjelek-jelekkan namaku.

"Memangnya kenapa?"

"Beberapa hari lalu aku melihat gadis yang bernama Ghea itu meminta Talitha untuk mengirimkan foto-foto yang tidak senonoh. Aku tidak tahu untuk apa itu semua? Aku takut anak kita salah langkah. Mengingat Talitha masih berusia belasan. Masih labil."

Kupingku terasa panas, mendengar pembicaraan kedua orang tua Talitha. Aku pikir setelah malam tadi, perempuan kolot ini akan berhenti menyebut-nyebut namaku. Namun kenyataannya sampai sekarang dia tidak berhenti menyudutkan.

"Sepertinya aku perlu menemui anak itu. Memintanya untuk menjauh dari Talitha. Aku punya firasat buruk tentang Ghea."

Aku memutar bola mata di tempat persembunyian. Selain kolot, dia juga berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Apakah dia tidak pernah muda?

jasad adikku Di plafon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang