Heyooo
Jangan lupa vote dan komen nya yaaa
Happy Reading!💗
"Elisa sayang, sekarang kita pulang yah" ucap Mama nya.
Elisa menatap mama nya lama, Elisa ingat bahwa Elisabeth tinggal sendiri di rumahnya. Bagus juga demi menghindari si kembar sialan itu, lebih baik Elisa tinggal sendiri saja kan?
"Sayang, ayo kita pulang"
Elisa mengangguk. "Ma, aku mau pulang ke rumah aku aja." Ucap Elisa.
"Sayang, kenapa? Kamu masih marah sama mama karena masalah kemarin?" Tanya mama nya dengan wajah sedih.
Elisa menggeleng "Engga. Elisa gak peduli ma sama kejadian kemarin, Elisa hanya ingin sendiri. Elisa sudah nyaman hidup sendiri selama ini" ucap Elisa.
Mama Elisabeth menatap Elisa sendu "Kamu gak nyaman hidup sama mama nak?"
Elisa lagi-lagi menggeleng. "Engga ma. Elisa hanya suka sendiri, Elisa gak suka terlalu ramai" Elisa tidak berbohong. Gadis itu memang benci keramaian tapi itu hanya alasan kecilnya, alasan terbesarnya terletak pada kakak kembar sialan nya itu.
"Tapi nak, mama---"
"Ma please! Kalau mama masih mau maksa aku lebih baik mama pulang, aku bisa balik sendiri" ucap Elisa lalu hendak melangkah keluar dari ruang rawatnya.
Mama Elisa menggeleng, wanita paruh baya itu menghentikan langkah anaknya. "Oke! kamu boleh tinggal sendiri, tapi jangan lupa selalu mampir ke rumah mama ya?"
Elisa mengangguk "Iya ma." Ucapnya singkat.
"Baiklah. Kita tunggu sebentar Papa ya,"
Elisa hanya mengangguk menanggapi. Gadis itu sibuk memikirkan apa yang harus dia lakukan setelah ini.
Setelah lama berfikir, Papa Elisabeth pun datang dan langsung membawa keduanya pergi meninggalkan rumah sakit.
♡♡♡♡
Setelah lama di perjalanan, kini Elisa tengah bersantai di kamarnya. Ia sedari tadi terus berfikir, rencana apa yang harus ia mulai sekarang.
"Pertanyaan gue sekarang. Ni novel udah sampai mana anjir? Apa sudah berjalan setengah? Atau udah hampir ending? Atau baru mulai? Arghh sialan! Gimana caranya gue tau cobaa?!"
Elisa berusaha mengingat.
"Tunggu! Elisabeth masuk rumah sakit, bukannya itu kejadian setelah satu hari Claudia masuk ke kampus ya?" Tanya nya pada diri sendiri.
"Lah iya!! Sebelum Elisabeth masuk rumah sakit. Ni bocah tengkar kan sama emak nya eh ralat keluarga nya maksudnya. Terus karena itu ia Elisabeth ke club mabuk terus dia pulang bawa mobil ugal-ugal dan..."
"Nah iya! Berarti ni novel udah berjalan."
Elisa menatap langit-langit kamarnya "Gue mampu ga ya?"
"Tau ah, mending gue molor dulu dari pada pusing mikirin hidup yang kagak ada habisnya ini"
Setelah bergulat lama dengan fikiran nya, ia memilih untuk memejamkan matanya memasuki alam mimpi dengan damai dan tentram.
♡♡♡♡
Malam sudah berganti pagi. Seorang gadis masih saja memejamkan matanya, sembari memeluk guling nya erat. Sedangkan waktu sudah menunjukan pukul 08:30.
Dring...
Dring...
Dring...
Alarm nya terus berbunyi dari tadi, Elisa menulikan pendengarannya.
Dring...
Dring...
Dring..
Prang!
"Arghh sialan! Berisik banget lo bangke" Elisa membanting Alarm nya yang sedari tadi terus berbunyi.
Elisa mengusap wajahnya "Gue masih ngantuk," ucapnya lalu kembali memejamkan matanya.
Namun di detik kemudian gadis itu membulatkan matanya. "Anjim! Hari ini gue kudu ke kampus."
Elisa memeriksa jam di ponselnya. 08:55wib.
"Anying mampus."
Elisa langsung bergegas berlari ke kamar mandi, mempersiapkan dirinya menuju kampus.
Selang beberapa menit Elisa sudah siap dengan pakaian nya. Elisa menatap dirinya di pantulan cermin. "Cakep banget ya gue haha, oke Elisa mari kita memulai rencana kita." Ucapnya sembari tersenyum kecil.
Tak lama, Elisa langsung keluar kamar. Gadis itu tidak sarapan karena tak terbiasa sarapan jadi dia langsung bergegas menuju garasi.
Setelah mengunci rumah, ia langsung memasuki mobil dan tancap gas menuju kampusnya.
♡♡♡♡
"Itu Elisabeth? Gila makin cantik aja ya dia"
"Setuju banget gue cuy, cantik banget"
"Cantik sih tapi sayang cinta nya bertepuk sebelah tangan"
"Menurut gue sih Aldrich itu ga cocok sama Elisabeth"
"Menurut gue cocok loh sama-sama cakep, ga kebayang anak mereka nanti secakep apa kalau pabrik nya modelan begini"
Elisa berdecak sebal ia kesal mendengar ocehan para mahasiswa/mahasiswi yang sedari tadi terus mengomentari dirinya. Membicarakan dirinya dengan Aldrich.
Enggan mendengar semua itu, Elisa kemudian beranjak meninggalkan teman-teman kelasnya yang heboh membicarakan dirinya.
Gadis itu lebih memilih menuju kantin. Kebetulan ia lapar.
Tanpa memperdulikan pandangan semua mata yang tertuju padanya, Elisa memilih langsung duduk di meja kantin.
Gadis itu sudah memesan makanannya, sekarang ia sedang larut dalam pikirannya sembari menunggu pesanan nya datang.
Sedang asik-asik larut dalam pikirannya, Elisa tersentak kala meja nya digebrak oleh orang yang Elisa sendiri tidak kenal.
Elisa menatap orang itu menyalang. "What the fuck!" Umpatnya.
"Kau tidak bosan-bosan mengusik Claudia Sialan!"
"What the hell?! Aku dari tadi diam disini ya kampret!" Balas Elisa.
"Halah, omong kosong"
Elisa berdecih, ia tak menghiraukan ucapan orang itu. Elisa memilih kembali duduk, namun belum mendudukkan bokong nya rambut gadis itu di tarik hingga membuatnya terhuyung ke belakang. Elisa terjatuh, dan seluruh orang yang berada di kantin sontak menertawakannya.
Elisa memejamkan matanya pelan, gadis itu berusaha menahan amarahnya.
"Hahaha mampus! Makanya jangan sok ngelawan kami lonte!"
Cukup. Elisa sudah tak kuat menahan amarahnya.
Bugh!
♡♡♡♡
Bersambung....
Publish : 02.08.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...