23 : Elisa's Transmigration

90.4K 6K 136
                                    

Heyoo

Mohon maaf untuk ketidak nyaman nya dengan bahasa yang tertera di cerita Elisa ini.

Bahasanya tidak bisa di bilang baku juga tidak bisa di bilang non baku. Aku mohon jangan ada lagi yang komen, "lebih baik menggunakan bahasa yang non baku kak." Atau bahkan ada yang komen, "Aneh. Tadi lo--gue, sekarang aku--kau, gimana sih ga jelas." Bukan apa ya, agak nyeri gimana gitu komenan kalian😁 kaya seakan-akan tidak ada bahasa yang lebih baik gitu😁

Aku tau kok cerita ini masih jauh dari kata sempurna, jadi tolong untuk kewajarannya. Aku juga masih tahapan pembelajaran mengenai dunia kepenulisan. kalian memang punya hak buat komen, memberikan masukan, tapi aku minta tolong banget hargai aku sebagai penulis bolehh?😁

Keluhan tentang bahasa tenang ya bakal aku revisi kok tapi setelah cerita nya ending, mau nya sih sekarang cuma kasian temen-temen yang begitu antusias buat baca kelanjutan dari cerita Elisa ini.

Segitu aja si ungkapan aku, makasih buat yang selalu support cha dalam hal apapun, love u💞💞💞💞💞

Jangan lupa vote💞

Spam komen jugaa ya😁💞

Enjoy!

Happy Reading!💗

****

Setelah membantu pria yang Elisa tak ketahui namanya siapa, Elisa kini sedang duduk menunggu jemputan Edwards.

Elisa hanya duduk termenung, puas dengan lamunan nya gadis itu tak sadar akan kedatangan Edwards.

"Sayang," panggil Edwards.

Elisa membuyarkan lamunan nya, gadis itu tersenyum melihat kehadiran Edwards.

Edwards berjalan mendekati gadisnya, dan langsung ia peluk.

Elisa membalas pelukan Edwards, sembari menyandarkan kepalanya di dada Edwards.

Edwards tersenyum kecil, pria itu mengelus kepala Elisa lembut. "Kenapa hm? Bukannya tadi kamu di kampus kok cepat sekali pulang nya?"

Elisa menggeleng. "Mereka membuat mood ku hancur." Ucap Elisa pelan.

Edwards terdiam. Sedetik kemudian ia melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi Elisa, sembari menunduk menyamakan tingginya dengan sang kekasih. "Kenapa? Mereka berbuat apa lagi padamu?"

Elisa menghela nafas, gadis itu melepaskan tangan Edwards yang tengah menyentuh pipi nya. "Seperti biasa. Mencari masalah, membuat drama, ya seperti itu terus. Aku rasa melakukan itu sudah menjadi kebiasaan mereka."

"Tapi mereka tidak menyentuhmu kan sayang?" Tanya Edwards khawatir.

Elisa menggeleng. "Kali ini tidak. Tapi kemarin-kemarin iya." Jawabnya.

"Kau membenci mereka sayang?" Edwards bertanya sembari mengelus lembut pipi Elisa.

"Aku sangat membenci mereka." Jawab Elisa. 

Edwards tersenyum kecil. Pria itu mengecup gemas bibir Elisa. "Lalu, kamu ingin aku membunuh mereka sayang?"

Elisa menatap Edwards. "Jangan. Aku tidak ingin mereka mati dengan mudah, masing-masing dari mereka harus merasakan apa yang Elisabeth rasakan dulu. Jadi mereka tidak boleh mati dengan cepat." Elisa melanjutkan kalimat nya di dalam hati.

Elisa's Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang