Heyooo
Malam ini aku update Elisa. Sebenarnya bab ini buat besok, tapi aku wanti-wanti aja takutnya kuota ku habis karna emg udh sekarat😭 jadi untuk bsk ga update ya sayy, karna udh malam ini update nya awas aja nagih😁
Seperti biasa sebelum baca vote sama komen dulu yaa.
Buat yang blm follow, follow dulu yuuu💞
Enjoy!
Happy Reading!💗
Elisa terkejut. Dua kata yang terlintas di pikiran Elisa, sangat tampan. Elisa menggelengkan kepalanya, ia kemudian berdehem.
"Ah tuan, tidak seharusnya anda menarik tangan anak anda seperti itu. Kasian dia" ucap Elisa.
Edwards menatap dingin Elisa. Apa-apan gadis nya ini, anak katanya? Yang benar saja. Edwards hanya akan memiliki anak dengan nya.
"Kau tidak perlu ikut campur. Ayo kita pulang" ucap Edwards tanpa ekspresi namun berbeda di hatinya yang kesal, senang, berbunga-bunga menjadi satu.
"Tunggu dulu, sebelumnya saya mohon maaf apabila ikut campur. Tapi sepertinya, anda terlalu keras kepada nya" ucap Elisa.
Edwards menatap Elisa. Ia melepaskan genggaman tangan nya pada Kalaya. Edwards berjalan beberapa langkah.
Jarak antara Edwards dan Elisa begitu tipis. Edwards tersenyum licik, ia sedikit menunduk kemudian berbisik di telinga Elisa.
"Kau bisa saja mencampuri tentang hidupku sayang. Tapi setelah kau menjadi istriku." Bisik Edwards dengan suara beratnya.
Elisa membelalakan matanya. Dengan reflek Elisa mendorong kencang dada Edwards. "Bajingan! Menjauh."
Edwards tak berucap. Ia tau, gadisnya pasti syok atas ucapannya itu. Tentu saja, Elisa tidak mengenal pria ini.
"Kau tidak tau tata krama tuan! Kau dengan berani berucap seperti itu? Dimana otakmu?!" Kesal Elisa.
Edwards terkekeh ia berjalan kembali mendekati Elisa. Tanpa ragu, Edwards menarik pinggang ramping Elisa hingga membuat tubuh mereka menempel. Edwards menatap dalam mata Elisa "Kau ingin tau aku siapa? Ah kurasa, nama ku tidak terlalu penting sayang. Yang perlu kau ingat, aku adalah calon suamimu." Ucap Edwards yang semakin membuat Elisa kebingungan.
Elisa memberontak di pelukan Edwards, namun sia-sia. Edwards mendekapnya erat.
"Siapa kau? Dan apa mau mu? Kita tidak saling kenal, tidak sepantasnya kau berucap demikian tuan."
Edwards kembali menatap lembut wajah Elisa. Ia mengusap pelan kening gadis itu, "Edwards. Namaku, Edwards." Ucapan Edwards membuat Elisa syok.
Elisa membeku. Tanpa mengucapkan nama panjangnya, Elisa sudah tau siapa pria ini. Tubuh Elisa melemas. Untungnya Edwards menahan tubuh gadis itu.
"K-kau"
Elisa memberontak kencang dipelukan Edwards. Namun lagi-lagi pria itu tak membiarkan Elisa terlepas dari dekapannya.
Tak ada pilihan lain, Elisa menendang selangkangan Edwards. Lalu meraih Syifa yang masih terduduk di rerumputan menatap bingung dirinya. Elisa menggendong Syifa lalu berjalan cepat menjauhi Edwards.
Edwards menatap kesal Elisa, sembari meringis memegangi pusaka nya yang ditendang oleh calon istri. "Pergi lah sejauh mungkin, sayang. Mau kau bersembunyi di ujung dunia sekalipun, aku akan menemukanmu." Batin Edwards berucap.
Kalaya menatap bingung pamannya. Ia melihat paman nya yang masih memegangi pusaka nya. "Uncle, bagaimana tendangan Aunty tadi? Apakah enak?" Tanya nya dengan polos.
Edwards menatap Kalaya dengan menundukan kepalanya. Ia hampir lupa, ada keponakannya disini. Edwards tak menjawab pertanyaan Kalaya. Pria itu malah menarik tangan Kalaya untuk segera kembali ke rumahnya.
♡♡♡♡
Elisa syok setengah mati. Setelah mengantarkan Syifa pada ibunya, kini tepat pada pukul 20:00 Elisa sudah berada di rumahnya.
Elisa sibuk berperang dengan pikirannya. Gadis itu mengacak rambutnya frustasi. "Oh Tuhan. Apa yang harus ku lakukan?"
Elisa tidak menyangka akan bertemu dengan Edwards secepat ini. Sebenarnya Elisa tidak masalah, malah ia tidak sabar berada di sisi Edwards lalu dengan begitu ia bisa berfoya-foya menghabiskan uang Edwards.
Elisa menghembuskan nafasnya pelan "Baiklah El. Lo harus siap, toh Edwards juga ga ada niat jahat kan? Jadi gapapa. Setidaknya gue bisa terhindar dari kematian, dan bisa membalaskan semua yang mereka lakukan dulu terhadap Elisabeth." Ucap Elisa dengan senyuman lebar.
Elisa sudah memutuskan tidak akan menghindari Edwards lagi. Sudah tak ingin memikirkannya lagi, Elisa memilih memejamkan matanya, memeluk erat gulingnya. Dan memasuki alam mimpinya.
♡♡♡♡
"Hans, urus pertemuanku dengan keluarga Fernandez." Ucap Edwards.
Mendengar pernyataan dari tuannya membuat Hans mengerutkan keningnya bingung. "Bagaimana tuan?"
Edwards menatap Hans tajam "Kau tidak mengerti Hans?"
Hans menunduk gugup "Saya ulangi tuan, maksud tuan saya atur pertemuan tuan dengan keluarga Fernandez. Begitu?"
Edwards mengangguk. "Lakukan dengan segera Hans."
Hans mengangguk patuh "Baik tuan. Kalau boleh tau apa rencana tuan?"
Edwards menyilangkan kakinya, di bibir sexy nya terukir senyuman licik "Kau tau Hans. Aku sudah bertemu secara tidak sengaja dengan gadisku. Dan sekarang aku ingin tanpa basa-basi langsung melakukan tindakan, yaitu dengan cara melamar gadisku. Bukan kah itu ide yang bagus Hans?"
Hans mengangguk "Itu ide yang sangat bagus tuan. Setelah sekian lama, tuan akhirnya berani mengambil tindakan." Ucap Hans.
Edwards mengangguk. "Aku tidak sabar melangsungkan pernikahan dengan nya Hans." ucap Edwards dengan mata berbinar-binar
"Tapi bagaimana jika nona Elisa menolak tuan?" Hans bertanya padahal ia sudah tau jawabannya apa.
Edwards tersenyum miring "Menolak ya?" Beo nya.
"Apapun alasannya dia tidak memiliki peluang untuk menolakku Hans. Aku akan melakukan berbagai cara untuk memikatnya, misalnya dengan mengandung anakku?"
♡♡♡♡
Bersambung....
Ed gila😔
Stop panggil aku thor ya besti, namaku chai panggil cha aja gapapa hehehe😁
See you next chapter!!!<3
Publish : 13.08.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...