Heyooo cintaaa😻
Jangan lupa vote dan komenn nya sayy
Happy Reading!💗
Elisa terus mengomel sepanjang jalan. Gadis itu kesal, mengapa para bajingan itu mengganggu acara makannya. Ia lapar!
Elisa melihat ke kanan dan ke kiri. Seluruh mahasiswa/siswi memandang ke arahnya. Elisa yang sudah kesal di campur perasaan geram pun memilih pergi ke belakang kampus.
Elisa mendudukkan bokongnya di bawah pohon besar. Ia menatap langit-langit yang cerah.
"Gue kangen kehidupan gue yang dulu, gue kangen repan, padil, supri, kue klepon, hiks.."
Maksud dari kue klepon adalah Kelvin. Elisa menangis pelan "Gue takut gabisa disini! Kenapa Tuhan?! Kenapa percaya banget sama gue? Gue gabisa apa-apa serius"
Elisa terdiam sejenak, sesekali ia menarik ingus nya.
"Kira-kira gue mampu gak ya? Arghh gue pusing bangke!"
Elisa memilih memejamkan matanya sembari menyenderkan tubuhnya di pohon besar itu.
Elisa kemudian terlelap. Gadis itu tak sadar ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan sendu, "Gue juga rindu lo, Sasa..."
♡♡♡
"Aldrich, menurutmu bagaimana Elisabeth tadi?" Tanya Raefal pada sahabatnya.
Aldrich menggelengkan kepalanya. "Tidak tau."
"Kalau menurutku, dia cukup berani" celetuk sahabat Aldrich yang lain--Mirza.
Raefal mengangguk "Ya ku rasa begitu. Tapi bukan kah aneh kenapa dia berubah begitu cepat?"
"Dia amnesia." Ucap Kenzi.
Aldrich yang mendengar itu langsung menatap Kenzi tak percaya.
"Serius?" Tanya Raefal.
Kenzi mengangguk. "Ya."
"Ini luar biasa bukan? Perubahan pada Elisabeth benar-benar di luar kendali. Ia sekarang dan yang dulu sangat berbeda jauh" ucap Mirza.
Raefal menatap Mirza dalam "Apa maksudmu? Kau menyukai nya?"
"Tutup mulut mu! Mana mungkin aku menyukai gadis seperti itu. Tipe ku kan--"
"Siapa?" Tanya Raefal penasaran.
Mirza mengangkat bahunya acuh. "Tidak tau"
"Bodoh!" Umpat Raefal.
"Aldrich, kau sungguh tidak mencintai Elisabeth?" Tanya Mirza.
Aldrich menggeleng "Kau tau perasaanku hanya tertuju untuk siapa Za." Ucap Aldrich dengan tenang.
"Ya kurasa tetap begitu," ucap Mirza.
"Oh ya, bagaimana keadaan Kenzo, Zi?" Tanya Raefal.
Kenzi menatap Raefal lalu menghela nafas. "Patah tulang"
Mereka meringis pelan. Tak kebayang sesakit apa itu brutal juga ya Elisabeth--batin mereka.
♡♡♡
Elisabeth melangkah kan kakinya menuju parkiran. Saat hendak masuk mobil Elisabeth dikejutkan dengan seorang gadis yang berlari kearahnya sembari meneriaki namanya.
Elisa mengerutkan keningnya, ia tak kenal gadis itu siapa dia?
"Elisabeth huh," Gadis itu kini berdiri di depannya.
Elisa menatap heran gadis ini. "Kau siapa?" Tanya nya to the point.
Gadis itu menatap Elisabeth heran. "Kamu tidak mengenali ku Elisabeth?"
Elisa menggeleng. "Aku tidak tau siapa." Ucapnya lalu hendak masuk ke mobil.
"Tunggu" gadis itu menghalanginya.
"Heum, Elisabeth aku mau ngucapin maaf ya. Mungkin beberapa hari ini aku begitu dekat dengan Aldrich, tapi sungguh. Kami tidak memiliki hubungan apa-apa selain seorang pelayan dan majikan" jelasnya.
Ah, Elisa sekarang dapat menebaknya. "Kau Claudia?"
Gadis itu mengangguk lucu. "Ya! Kau tau juga akhirnya. Aku Claudia, sekali lagi maafkan aku ya Elisa"
Elisa menghela nafas. "Kita tidak begitu kenal. Jadi mulai lah jaga jarak denganku. Untuk masalah Aldrich atau siapapun aku tidak peduli, aku juga tidak mencintai lelaki itu. Tidak penting siapa kau bagi Aldrich begitupun sebaliknya. Hidupku sudah sulit, jadi tolong berhenti mendekatiku. Aku muak!" Ucapnya dengan nada sedikit membentak.
Claudia menunduk, matanya mulai berkaca-kaca. "M-maaf Elisabeth, aku tau aku salah hiks.."
"Jangan menangis Claudia. Kau seperti anak kecil, sudah cukup! Kau tidak lihat tatapan mereka? Mereka seperti ingin memakanku" ucap Elisa kesal.
Bukannya berhenti, Claudia semakin menangis kencang. "Hiks.. sungguh Elisa aku minta maaf, hiks..."
Elisa mengepalkan tangannya, ia ingin sekali memukul wajah cengeng Claudia ini. "Ku bilang berhenti Clau, kau tidak melihat--mereka semua memandangkuu sialan! Kau arghh!" Elisa mulai frustasi.
Claudia memegang tangan Elisa.
Elisa yang begitu benci di sentuh oleh orang yang merasa tidak dekat dengan Elisa pun menyentak tangan Claudia. "Saya bilang menjauh! Kau ini kenapa?!" Teriaknya.
Claudia tersungkur ke aspal. Ia menundukkan kepalanya dan terus menangis.
Elisa tak menghiraukan Claudia yang berada di aspal. Ia segera membuka mobilnya hendak masuk, namun tubuhnya di tarik kasar hingga membuatnya terjatuh di aspal.
"Awss," Elisa meringis, siku nya terluka. Elisa yang tak ingin terlihat lemah tidak memperdulikan lukanya. Ia menatap tajam orang yang menariknya kasar.
"Tidak habis-habisnya kau mengganggu kekasihku Elisabeth!" Ucap Aldrich dengan nada tinggi.
"Tidak Al... Elisabeth tidak salah, aku yang--"
"Sudah cukup! Tidak usah membela perempuan ular ini lagi. Kenapa kau terlalu polos dengan mendekati ular beracun ini sayang? Berulang kali aku katakan, jangan coba-coba! Dia-- perempuan gila!" Tunjuknya pada Elisa.
Raefal mengangguk. "Ya! Aku setuju dengan Aldrich. Sudah cukup Clau, perempuan ini sulit untuk di ajak berteman. Coba kamu lihat sampai sekarang perempuan ini tidak memiliki teman bukan?" Ucap Raefal.
Kenzi dan Mirza hanya mampu diam. Mereka tak mengeluarkan sepatah kata pun.
Elisa berdecih. Ia menatap orang-orang didepannya ini penuh permusuhan. "Kalian ini! Tidak ada habis-habisnya mengganggu hidupku. Kalian membuatku muak! Terlebih kau--" Elisa menunjuk wajah Aldrich. "Kau sepertinya selalu menyimpulkan sesuatu tanpa mencari tau dulu. Asal memfitnah, asal menuduh. Kalian memang pasangan yang serasi!"
Elisa menatap wajah Claudia yang berada di pelukan Aldrich. "Kau hanya gadis kampungan! Jangan harap bisa menandingiku dengan melancarkan drama murahan mu ini dengan berpura-pura terluka, menangis, lalu datanglah seorang pangeran yang tidak terima gadisnya di sakiti dan.... terlalu klise! Kau payah dalam berdrama!"
Plak!
♡♡♡♡
Bersambung...
Publish : 04.08.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...