Sekarang tepatnya pada pukul delapan malam. Elisa berniat untuk keluar mansion berjalan, sekaligus mencari makanan-makanan lezat.
Tapi ya, seperti yang kalian ketahui Edwards tak mengizinkannya. Edwards tak memberi Elisa peluang untuk keluar dari mansion besarnya ini.
Dan karena hal itulah, Elisa kesal sekarang. Bagaimana tidak, sedari pagi tadi Elisa selalu di kekep di dalam kamar tentunya dengan Edwards.
Edwards terus menerus memeluk dirinya, dengan alasan rindu.
Elisa berdecak, dengan hati yang masih merasa jengkel gadis itu menghapus make up yang menghiasi wajah cantiknya.
Dengan sesekali mengerutu, Elisa tetap melanjutkan aktivitasnya menghapus make up yang sudah ia persiapkan sedari awal.
Karena memang, itu sudah menjadi bagian perencanaannya. Elisa pikir, setelah berdandan serta bersiap lalu meminta izin kepada Edwards akan di izinkan. Tapi ternyata, Zonk. Edwards sama sekali tak mengizinkan nya.
Jadi, Elisa kesal dengan itu.
Edwards yang berada di kasur nya memperhatikan Elisa yang tengah duduk di depan cermin.
Pria itu menyilangkan tangannya, lalu menatap kearah kekasihnya yang masih sedari tadi mengomel-ngomel memaki dirinya.
Marah? Oh bagaimana bisa Edwards marah. Sejujurnya, bisa saja ia mengizinkan Elisa pergi tapi dengan catatan harus di temani oleh dirinya. Namun, Elisa tidak ingin di temani gadis itu hanya ingin pergi seorang diri.
Tentu, karena itulah Edwards tak memberikan izin.
Selang beberapa saat berlalu, Elisa sudah selesai membersihkan wajahnya gadis itu lalu bangkit dari duduknya berjalan menuju kamar mandi.
Karena letak kamar mandi mereka melewati kasur, Elisa melirik Edwards dengan tatapan sinisnya dengan terus melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi.
Edwards yang melihat itu terkekeh pelan, entahlah ia merasa begitu bahagia membuat kekasihnya itu jengkel.
Melihat wajah Elisa yang seperti itu, membuat Edwards harus menahan diri lebih lanjut. Karena takutnya, ia hilap dan langsung melahap Elisa.
Rawrr
♡♡♡
Satu jam berlalu.
Elisa benar-benar masih merasa jengkel atas sikap Edwards yang menurutnya semena-mena. Gadis itu tetap diam tak berbicara.
Bahkan, sangking kesal nya Elisa keluar kamar dengan membawa satu buah bantal, guling, juga selimut.
Elisa berniat untuk tidur di ruang tamu. Ia tak berminat untuk satu kamar dengan kekasih bodohnya ini.
Namun, baru berjalan beberapa langkah pintu kamarnya lebih dulu di tutup lalu di kunci oleh Edwards.
Elisa mengangkat kepalanya menatap Edwards dengan tatapan menyalang. "Sini." Ucap Elisa.
Edwards menggelengkan kepalanya.
Elisa berdecak. "Sini!" Ucapnya.
Lagi-lagi hanya gelengan yang Elisa dapatkan.
"Sialan! Sini!" Ucap Elisa dengan sedikit menaikan nada suara nya.
Edwards mengerutkan keningnya, ia sedikit terkejut mendengar nada tinggi dari kekasihnya ini. Edwards menunduk menyama kan tingginya dengan tinggi Elisa. "Apa sayang?" Ucapnya tepat di depan wajah Elisa.
Elisa mendatarkan wajahnya, dengan jari telunjuknya Elisa mendorong kening Edwards. "Menjauh." Ucapnya.
Edwards terkekeh kecil. "Kenapa sih sayang?" Tanya nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...