26 : Elisa's Transmigration

74.8K 4.6K 237
                                    

Heyooo

Lama banget ya aku ga update? Kaya nya sih ga lama 'banget' yahh. maaf ya manteman beberapa hari yang lalu aku ga update. Karena memang lagi sibuk, biasa urusan negara😄

Pengacara loh aku ini, (pengangguran banyak acara)😄

Jangan lupa vote dan komenn💞

Tandai jika ada yang typo ya.

Enjoy!!

Happy Reading!💗

Hari demi hari berlalu, kini Elisa mulai menjalani hari-hari nya seperti biasa. Elisa mulai kembali masuk kuliah, sudah lama ia membolos.

Tapi anehnya, ingin selama apapun ia membolos ia tidak akan pernah dapat di keluarkan. Bahkan tidak akan ada yang dapat protes, berkat Edwards. Edwards membeli kampus tempatnya berkuliah atas nama dirinya. Bukankah itu salah satu keberuntungan untuk Elisa.

Elisa kini sedang berada di taman kampus. Pembelajaran sudah selesai, saat ini Elisa hanya duduk menikmati udara segar sembari memejamkan matanya.

Samar-samar Elisa mendengar suara tangisan. Elisa berusaha mengabaikannya, karena mungkin itu hanya orang yang sedang menangis karena merenungi nasibnya.

Seolah tak ingin menghilang, suara tangisan itu semakin kencang. Elisa membuka matanya, ia melamun meresapi tangisan itu.

Elisa dapat simpulkan, tangisan itu bercampur aduk. Tangisannya begitu pilu, tak ingin berpikir terlalu lama Elisa pun langsung berjalan mencari dimana sumber suara itu berada.

Dengan jarak beberapa meter, Elisa dapat melihat seorang gadis yang tengah menangis pilu sembari memeluk lututnya, dibawah pepohonan besar. Elisa juga dapat melihat, tubuh gadis itu bergetar hebat, gadis itu seolah benar-benar terluka.

Elisa melangkah mendekatinya. Sebenarnya Elisa ragu, ia takut bagaimana jika ini orang gila? Bisa mampus dirinya. Tapi lagi-lagi Elisa berusaha menepis perasaannya itu, hati kecilnya tak tega melihat gadis itu.

Puk!

Elisa menepuk pelan pundak gadis itu.

Gadis itu mengangkat wajahnya menatap Elisa.

Wajah gadis itu di penuhi air mata, bahkan matanya sudah membengkak seperti sudah di sengat tawon.

"Hai?" Sapa Elisa sembari tersenyum lebar.

Gadis itu tak menjawab sapaan Elisa, ia kembali menenggelamkan kepalanya dengan tangan memeluk lututnya.

Elisa menghela nafas. "Maaf menganggu, kamu kenapa?" Pertanyaan Elisa tak di gubris.

"Mendengar tangisanmu membuatku kemari, kamu menangis begitu kencang. Tapi tidak apa, mungkin masalah yang kamu hadapi begitu berat," sambung Elisa.

Elisa mendudukan bokongnya di samping gadis itu. "Kamu percaya dengan perkataan yang mengatakan, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatnya jika ia tidak mampu menghadapinya." Ucapan Elisa berhasil membuat gadis itu kembali mengangkat wajahnya menatap Elisa.

"Aku tidak percaya. Kata-kata itu hanyalah kalimat penenang, Tuhan tau aku tidak mampu tapi mengapa ia terus menghujamiku dengan berbagai macam rintangan? Aku lelah! Aku ingin tenang! Apa sebegitu susahnya untukku meraih ketenangan?"

Elisa's Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang