Satu hari berlalu semenjak kejadian antara ia juga Aldrich yang melibatkan Edwards.
Elisa sekarang sedang memandang kearah cermin riasnya ia merenungi kejadian kemarin.
Bagaimana keadaan Aldrich sekarang? Apa ia masih hidup? Atau sudah tiada? Mengingat bagaimana beringasnya Edwards menghajar Aldrich.
Elisa juga sebenarnya merasa takut, tapi gadis itu tak ambil pusing kala mengingat bagaimana berkuasanya Edwards.
Asik melamun Elisa tidak sadar, Edwards tengah memperhatikan dirinya. Edwards berjalan mendekati Elisa.
Hug!
Elisa tersentak kaget kala mendapati pelukan mendadak dari Edwards.
"Edwards! Suka sekali membuat orang jantungan." ucapnya dengan kesal.
Edwards terkekeh pelan. Ia memiringkan kepalanya mencuri kecupan pada pipi Elisa.
Elisa menggeram. Ia membalikkan badannya, mendorong wajah Edwards pelan. "Menjauh. Aku harus bersiap dan jangan ganggu! Sana keluar hushh" usirnya.
Edwards mengerucutkan bibirnya.
Elisa menatap Edwards dengan pandangan heran. "Kamu seperti memiliki kepribadian ganda Ed!" ucap Elisa sembari bergidik ngeri.
Edwards mengangkat bahunya acuh, pria itu malah kembali mendekati Elisa kemudian memeluk gadis itu erat.
Elisa menghela nafas perlahan. "Edwards, aku harus bersiap. Menjauhlah sebentar."
Edwards menggeleng. "Aku lelah. Beri aku waktu sebentar untuk memelukmu, sayang."
Elisa yang mendengar ucapan Edwards akhirnya pasrah. Ia elus pelan punggung lebar kekasihnya.
Elisa tau betul, bagaimana lelahnya menjadi Edwards.
Beberapa saat kemudian. "Edwards, sudah begitu lama. Kamu pergilah tidur, aku harus pergi ke pesta temanku."
Edwards menguraikan pelukannya. Ia tatap wajah cantik kekasihnya. "Tidak usah pergi saja hm?"
Elisa menggeleng. "Tidak bisa sayang, aku harus pergi."
"Kalau begitu izinkan aku ikut denganmu." ucap Edwards.
Elisa menggelengkan kepalanya lagi. "No! Kamu tetap dirumah saja ya, aku hanya akan pergi sebentar. Aku janji."
Edwards menghela nafas. Pria itu meraih tangan Elisa kemudian ia kecup singkat punggung tangan itu. "Entah mengapa, aku merasa tidak enak hati melepasmu pergi honey."
Elisa tersenyum lembut. "Kamu mengkhawatirkan ku, dan itu wajar saja. Tapi kamu tenang saja okay? Aku tidak akan lama,"
Edwards mengangguk pasrah. "Baiklah. Kamu boleh pergi." Edwards memberikan Elisa izin bukan berarti ia tak akan memantau Elisa. Ia akan selalu memantau gadisnya dari kejauhan.
Elisa tersenyum senang. "Yeay! Thankyou my love!"
Cup!
♡♡♡♡
Setelah bersiap. Elisa sudah ready dengan penampilannya sekarang. Ia begitu cantik dengan pakaian yang serasi di tubuhnya.
Gadis itu keluar dari kamarnya sembari tersenyum menatap kekasihnya. Edwards menajamkan matanya kala melihat Elisa yang begitu mempesona.
"Apa-apaan ini?! Ganti pakaianmu sekarang, honey!"
Elisa memutar bola matanya malas. "Tidak! Ini sudah pas denganku." balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...