Beberapa hari berlalu.
Elisa sudah menceritakan semua nya kepada Edwards, dan tentu saja dengan mudah Edwards setuju.
Dan sekarang, Elisa hanya menunggu waktu yang tepat untuk membongkar seluruh rahasia si busuk Claudia.
Elisa kembali berkuliah seperti biasanya, setelah selesai kelas nya gadis itu hendak kembali menuju kediamannya.
Mengingat tubuh nya sudah lelah dn butuh kasur untuk istirahat.
Tapi nampaknya, Semesta tidak mengizinkan. Gadis itu memutar bola matanya malas ketika melihat Claudia dan antek-anteknya sedang berjalan menuju ke arahnya.
Elisa membalikkan badan nya, ingin segera menjauh dari sana namun,
"Elisabeth!" Pekik Claudia.
Elisa menghembuskan nafas kasar. "Fuck!" Umpatnya.
"Elisabeth! Kenapa kau buru-buru sekali? Kau ingin kemana?" Claudia berkata seolah-olah sudah akrab dengan Elisa.
"Menyingkir! Aku ingin pulang." Ucapnya.
"Tunggu Elisabeth."
Claudia menarik tangan Aldrich untuk berdiri di hadapan Elisabeth. Dengan senyuman yang lebar, Claudia menyerahkan sebuah undangan.
"Jangan lupa datang ya Elisabeth. Ini undangan pertunangan ku dengan Aldrich." Ucapnya dengan senyuman yang menurut Elisa menjijikan.
Elisa menepis tangan Claudia. "Aku tidak butuh." Ucapnya.
Claudia menundukkan kepalanya.
Aldrich yang melihat kekasihnya di perlakukan seperti itu menatap tajam Elisa. "Kau tidak tau di untung ya! Kekasihku secara baik-baik mengundang mu tapi apa balasan mu?"
Elisa berdecih. "Lalu apa peduli ku?" Jawabnya.
Aldrich mengepalkan tangannya, is ingin maju lalu menampar wajah menyebalkan Elisa. Namun di tahan oleh Kenzo. "Kau tidak berhak mengangkat tangan mu kepada adikku Al!" Ucap Kenzo.
Aldrich berdecak sebal. "Tapi adik sialan mu ini sudah kelewatan batas!"
"Kenapa huh? Kau mau menamparku Aldrich? Oh ayolah..." Ledek Elisa.
Bukannya takut, Gadis itu melangkahkan kaki nya mendekati Aldrich. "Ayo coba tampar aku, dan lihat kehancuran apa yang akan datang untukmu." ucap Elisa.
"Elisa kau---"
"Diam di sana Kenzo." Titahnya.
Kenzo tentu saja ingin melindungi adiknya dari Aldrich. Kenzo tau betul bagaimana Aldrich lelaki itu tidak bisa di pancing. Tapi sialnya adiknya ini suka sekali memancing emosi Aldrich.
"Cih kehancuran? Apa yang kau miliki Elisabeth? Harga diri? Bahkan harga dirimu jatuh jauh di bawah kaki ku." Ucap Aldrich.
Mendengar ucapan Aldrich diam-diam Claudia tersenyum jahat. Ia sudah merencanakan ini. Elisabeth memang harus di buat malu. Dan hanya kekasihnya yang mampu.
Mirza yang melihat itu tak peduli. Ia tau Elisa cukup pandai dalam urusan ini. Lelaki itu sibuk menghisap rokoknya dan memperhatikan drama di depannya ini dengan seksama.
Elisa terkekeh pelan. "Apa katamu harga diri? Oh iya harga diri ku sempat jatuh jauh di bawah kaki mu. Namun sialnya harga diri ku itu di pungut oleh orang seperti Tuan Robbertson yang dalam sesaat lagi akan menjadi suami ku." Ucapan Elisa sontak membuat semua orang di sana terdiam.
"Hahahaha, tidak usah berkhayal jalang!" Celetuk Raefal.
Elisa tak menjawab perkataan Rafa.
"Aldrich, kau tak lebih hanya seorang tikus got di hadapan ku. Jadi jangan bertindak seolah-olah kau raja." Ucap Elisa. Aldrich mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras seolah tak terima akan ucapan Elisa barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantastikElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...