40 : Elisa's Transmigration

38.5K 2K 164
                                    

Farezta mengendarai mobilnya tak tentu arah, Farezta tak memiliki tujuan arah.

Ingin menenangkan sedikit pikirannya, pria itu memilih untuk singgah di salah satu taman.

Farezta menghentikan mobilnya, memarkirkannya di area parkiran taman bermain.

Pandangan pria itu menyapu taman, cukup ramai. Itu lah pikirnya.

Ada banyak sekali orang, juga beberapa pedagang yang berada di taman ini. Padahal sudah malam, tapi mengapa masih saja ramai? Mungkin, karena malam minggu. Pikir Farezta.

Farezta kemudian turun dari mobilnya. Ia tersenyum kecil menatap anak-anak kecil yang tengah berlari-lari di taman dengan gembira.

Farezta melangkahkan kakinya mengelilingi taman sesaat, setelah itu ia memilih untuk duduk disalah satu taman yang masih kosong.

Entah apa yang akan ia lakukan, hanya saja ia merasa tenang jika duduk disini. Lama berdiam diri, Farezta hendak bangkit dari duduknya berbalik arah lalu berjalan namun,

"Arghh,"

Farezta dengan cepat menangkap gadis itu.

"Anda baik-baik saja, nona?"

Gadis itu membuka matanya, ia menatap Farezta lalu kemudian melototkan matanya. "Kamu?!--" gadis itu mendorong keras bahu Farezta.

Farezta mengerutkan kening nya bingung. "Ada apa?" Tanya nya.

"Kamu yang waktu itu kan?! Kamu ini tidak bisa berhati-hati! Selalu saja menabrak orang! Bagaimana jika tadi aku terjatuh ke aspal, siapa yang sakit?!" Omel gadis itu panjang lebar.

Farezta menghela nafas. "Baiklah. Saya minta maaf, saya tidak sengaja. Dan saya berjanji, akan lebih berhati-hati." Ucap Farezta.

Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Baguslah." Ucapnya.

"Sekali lagi saya minta maaf nona,"

"Daisy." Ucap gadis.

Farezta menganggukkan kepalanya. "Saya Farezta." Balas Farezta.

"Kalau boleh tau, kamu siapanya Elisa?"

Mulai dari pertanyaan itu, mereka akhirnya berbincang-bincang singkat. Farezta yang begitu penasaran, ingin tau lebih tentang Elisa dan Daisy yang dengan semangat menceritakan tentang Elisa, sesosok gadis yang sangat ia sayangi, yang sudah ia anggap sebagai saudari nya sendiri.

♡♡♡♡

Sesuai dengan persetujuan Edwards, Elisa di perbolehkan keluar dari mansion.

Elisa meminta ingin berjalan-jalan mengitari ibukota. Juga sesekali berhenti membeli makanan-makanan yang berada di pinggir jalan.

Awalnya Edwards tak setuju tentu saja, tetapi lagi-lagi ia kalah dengan gadisnya itu.

Apa yang di inginkan Elisa harus terpenuhi. Terdengar egois, tapi inilah Elisa.

"Sayang, kita pulang saja yaa, sudah malam bukankah kamu mengantuk hm?" Ucap Edwards sembari menyetir mobilnya.

Elisa yang tengah memakan makanan nya itu menggelengkan kepalanya. "Ini malam minggu Ed. Jangan lebay, terus saja berjalan."

"Tapi sayang..."

Elisa menatap sinis kekasihnya itu. "Berjalan-jalan tidak akan membuat mu miskin kan?!" Lanjut Elisa dengan galak.

Edwards yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala nya pasrah. Mau bagaimana lagi, "Untung pacar jika tidak,"

"Jika tidak apa?!" Lohh dengar ternyata Elisa, padahal Edwards berkata begitu pelan.

Elisa's Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang