Elisa dengan santai mengunyah makanan yang ia beli bersama kekasihnya tadi.
Edwards hanya terkekeh pelan, ia terus memandangi Elisa dengan tatapan memuja. Memang mau bagaimana pun Elisa terlihat lebih menarik di mata nya.
Ah, selain itu mungkin karena memang Edwards yang sudah begitu jatuh cinta pada Elisa.
Rawrr
Elisa melirik ke samping, ia melihat Edwards yang masih menatap ke arahnya.
"Kenapa?" Tanya Elisa membuka suara.
Edwards menggelengkan kepalanya, pria itu bukannya menjawab malah melirik jam tangan nya.
"Kamu ingin pulang?" Tanya Elisa lagi, yang peka.
Edwards mengangguk. "Tentu saja. Kamu tidak melihat ini sudah pukul berapa?"
"Ah iya, sudah larut rupanya." Ucap Elisa santai seolah tak punya beban.
Edwards memandang datar kekasihnya itu. "Kita pulang." Ucap Edwards kemudian menyalakan mobilnya.
"Kamu yakin? Maksud ku Ini hujan, kamu yakin bisa menyetir dalam keadaan begini?" Tanya Elisa.
"Percayakan saja padaku, sayang." ucapnya.
Elisa yang mendengar itu hanya memganggukkan kepalanya. "Baiklah. Tapi jika terjadi sesuatu terhadap kita, siap saja kamu." Ucapnya.
Edwards terkekeh kecil, "Baiklah tuan putri." Ucapnya lalu melaju kan mobilnya menerobos guyuran hujan yang tengah melanda ibukota sekarang.
****
Daisy berjalan di bawah guyuran hujan yang lebat. Ia tak memperdulikan tentang dirinya, mata nya yang kosong dan pikiran nya yang berkecamuk mengenai Farezta membuatnya berjalan tak tentu arah.
Namun, tiba-tiba Daisy menghentikan langkahnya. Gadis itu mengangkat wajahnya menatap ke arah langit gelap. Membiarkan wajah cantiknya, terkena guyuran hujan.
Daisy menangis dalam diam, tanpa suara. Air mata nya menyatu dengan guyuran air hujan.
Sudah puas akan hal itu, Daisy memilih untuk menepi. Ia berjongkok di depan salah satu ruko.
Sembari memeluk dirinya sendiri dari dingin nya malam. Daisy tak berfikir untuk kembali ke rumah, karena ia tau jika dirinya kembali dengan keadaan seperti ini nenek nya akan curiga. Daisy tak ingin membuat neneknya khawatir, jadi biarlah untuk malam ini dirinya tak kembali.
"Apa yang kau harapkan Daisy?"
"Kau hanyalah perempuan rusak yang berharap untuk bahagia?"
"Yang benar saja." Batin Daisy terus berucap demikian.
Daisy terkekeh sumbang. "Sampai kapan pun, perempuan rusak seperti ku tidak pantas untuk bahagia. Dan tidak pantas untuk berharap merasakan apa itu cinta." Ucapnya pelan.
****
Mobil Edwards melaju menuju kembali ke kediamannya. Elisa hanya diam menatap kearah samping jendela mobil, menatap jalanan yang sedang di guyur hujan deras.
Namun, sesaat kemudian mata Elisa menyipit ia seperti melihat seseorang disana.
"Edwards! Berhenti!" Teriak Elisa kencang yang membuat Edwards menghentikan mobilnya secara tiba-tiba.
"Ada apa El?" Tanya Edwards.
"Aku harus turun. Kamu tunggu disini saja." Ucap Elisa tergesa-gesa.
Edwards mengerutkan keningnya bingung. "Tidak! Sekarang tengah hujan El, jangan keluar. Kamu akan sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasiElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...