28 : Elisa's Transmigration

70.8K 4.2K 236
                                    

Heyoo

Cha mo nanya guyss, ada gasi diantara kalian yg bener-bener nungguin Elisa update?

Cha juga mau berterimakasih buat temen-temen yang selalu antusias, memberikan semangat, juga selalu spam komen di setiap chapter. Cinta bgt deh ah😚😚

Komenan kalian itu selalu cha baca kok hehehe, kadang juga klo ada waktu cha bales😚

Seperti biasanya, sebelum membaca usahain vote ya mantemann, soalnya jauh bgt perbandingan antara vote dan juga viewnya😚vote ga sampe satu menit kok cintakuuu😚😚

Enjoy!

Happy Reading!💗

****

"Aku tidak punya waktu bercanda Ed. Menjauh," Elisa mendorong dada Edwards.

"Aku tidak bercanda Elisabeth. Ini sungguhan. Menikahlah denganku, setelah itu kau bisa lebih leluasa menguasai hartaku." Ucap Edwards.

Elisa menggeleng. "Aku tidak berminat untuk sekarang. Sudahlah kau membuang waktuku, aku harus pergi." Elisa membalikkan badannya, berjalan hendak menjauhi Edwards.

"Jawab dulu pertanyaanku." Cegah Edwards.

Elisa menarik nafas pelan, kemudian menghembuskannya kembali perlahan. Senyuman terpaksa terukir di bibirnya. "Terserah Ed. Lakukan apapun yang kau mau, aku tidak memiliki waktu berdebat denganmu." Ucap Elisa lalu kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan kediaman Edwards.

Edwards hanya diam sembari terkekeh miris. "Ku kira, dengan membawamu kemari aku telah berhasil membuatmu mencintaiku. Tapi kenyataannya? Apa mungkin kau masih memiliki rasa pada bocah sialan itu?" Tanya Edwards pada dirinya sendiri.

Edwards pikir, jika memang Elisabeth sudah mencintai dirinya harus nya ia setuju-setuju saja untuk menikah dengannya. Elisabeth adalah satu-satunya wanita yang mampu menolak sebuah lamaran dari seorang Edwards ini.

"Ada atau tidaknya persetujuan mu, kita akan tetap menikah sayang. Tidak sekarang, tapi tidak ada yang tau hari esok." Ucap Edwards dengan senyuman penuh arti.

♡♡♡♡

Elisa menghela nafas, akhirnya setelah perdebatan melelahkan antara dirinya juga Edwards berakhir. Ya meskipun, Elisa merasa ia sudah keterlaluan tapi sudahlah itu tidak terlalu penting.

Elisa lebih memilih menemui Daisy kembali. Elisa pun mulai melajukan mobil mewahnya menuju rumah Daisy beserta neneknya.

Selang beberapa menit, Elisa sudah sampai didepan lorong rumah Daisy. Elisa memperhatikan lorong kecil yang didalamnya terdapat rumah Daisy.

Elisa pun keluar dari mobilnya. Gadis itu berjalan hati-hati memasuki lorong kecil itu. Elisa memperhatikan sekitar jalanan, kotor, becek, itulah gambaran yang Elisa tangkap.

Meskipun dikehidupan pertamanya, Elisa urak-urakan. Ia sangat tidak menyukai tempat seperti ini. Baik dikehidupan pertama atau kedua ini, Elisa selalu terlahir dari kalangan atas. Hingga ia tak pernah sekalipun menginjakkan kaki di jalan lorong kecil seperti ini.

Mati-matian Elisa menahan diri untuk tidak muntah. Jalanan becek itu mengeluarkan bau tak sedap. Ya tebak saja sendiri bau apakah itu.

Menggelikan, tapi demi Daisy, Elisa akan melakukannya.

Elisa menghembuskan nafas lega ketika sudah sampai didepan rumah kecil Daisy.

Elisa masih ingin muntah, untungnnya ia membawa tas yang selalu tersedia minyak telon. Elisa menghirup aroma minyak telon itu perlahan. Mencoba meredakan perutnya yang sedari tadi tidak nyaman.

Elisa's Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang