Don't forget to follow my instagram.
@chrnnssaa19
@tulisanchai_Happy Reading!💗
*Masih Flashback.
Jenazah milik Elisa sudah dikebumikan. Orang-orang yang sedari tadi ramai mulai menyusut kembali pulang kerumah masing-masing.
Berbeda halnya dengan Kelvin, Fadil, dan Revan. Mereka bertiga tetap stay di tempat memandang kosong kearah nisan sahabatnya.
Tidak ada yang berucap. Hanya keheningan yang terjadi disana. Mereka bertiga sibuk dengan pikiran masing-masing, berusaha mengingat kenangan-kenangan indah yang masing-masing dari mereka lalui bersama, Elisa.
Tak terasa begitu lamanya mereka duduk disamping kuburan Elisa. Namun tidak ada satupun dari mereka yang hendak beranjak dari tempat, mereka bertiga seolah tidak rela kehilangan sahabat sekaligus adik bagi mereka.
Putra--salah satu teman mereka menatap sendu kearah ketiga pria itu. Tak ada pilihan lain, Putra pun memilih untuk berjalan menghampiri mereka bertiga.
Putra tepuk pelan bahu Kelvin. Kelvin tak menunjukan respon apapun, pria itu hanya diam memandang kosong kearah kuburan Elisa. Putra menghela nafas. "Vin, sampai kapan lo kaya gini? Kasian Elisa Vin, dia nggak akan tenang kalo lo kaya gini." Ucap Putra berusaha meyakinkan Kelvin. Namun tetap saja nihil, Kelvin tak menunjukan reaksi apapun.
Putra beralih ke Fadil. Pria yang selalu berpikir bijak dalam segala hal. "Dil, gue juga tau lo sedih. Yang sedih bukan cuman lo doang Dil. Dimana Fadil yang selalu berpikir bijak? Dil, kata lo Elisa adik lo kan? Bisa lo bayangin Dil, gimana nasib Elisa di atas sana kalo kalian bertiga tidak ikhlas. Perjalanannya pasti berat Dil.." ucap Putra.
Fadil mengangkat kepalanya menatap Putra. "Gue...."
Putra mengangguk. "Ikhlasin Elisa, Dil. Biarkan dia tenang di alam sana, kasian Elisa..."
Fadil mengangguk. Ia menatap nisan yang bernamakan Elisa tersebut. Dengan senyuman tipis, Fadil berucap. "Gue bakal coba ikhlasin lo El, tenang disana..." batinnya.
Fadil berdiri dari duduknya. Tanpa berpamitan dengan Kelvin, Revan, ataupun Putra. Fadil langsung saja pergi meninggalkan mereka.
Putra tersenyum. Pria itu kemudian menatap wajah Revan yang menahan tangisan. "Van, pulang..." ucap Putra.
Revan mengangkat wajahnya menatap Putra. "Put, kedepannya gimana kehidupan gue tanpa El? Gue ngga akan bisa Put."
"Van, ikhlasin Elisa. Gue tau ini berat, tapi apa lo pengen buat Elisa sedih?" Mendengar pertanyaan Putra membuat Revan menggelengkan kepalanya.
Revan pun memejamkan matanya sejenak.
"Repan anjing! Sini lo!"
"Asu sia Repan!"
"Hahahahah Repan muka lo kaya babi, hahahaha"
"Repan... El sayang Repan"
"Repan, sahabat El yang paling baik. El sayang Repan, tapi---boong. Wlee"
Kilasan memori indah terlintas dipikiran Revan. Benar apa yang di katakan Putra. Ia harus ikhlas demi kebahagian Elisa disana. Perlahan Revan pun bangkit, ia menjauh meninggalkan Kelvin juga Putra.
Putra menghembuskan nafas perlahan. Ia menatap Kelvin. "Vin,"
"Put, lo tau apa penyebab Elisa pergi?" Dengan suara seraknya Kelvin memotong perkataan Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elisa's Transmigration
FantasyElisa Latasha Mauren hendak di jual oleh ibu tiri nya ke salah satu rumah wanita malam. Elisa tentu tak terima, ia memilih kabur dari sana dan sialnya lagi suruhan dari ibu tirinya malah mengejarnya sampai ia tersesat tak tau kemana, hingga akhirnya...