Antonio Meucci - Italia||Penemu Telepon (versi baru 2002)
Orang yang terlihat tak peduli bisa jadi adalah orang yang paling mengerti apa arti kepedulian sesungguhnya.
°°DC°°
Pagi ini suasana Diamond Class benar-benar tegang, bahkan Alan yang selalu mengganggu Kara tampak tengah serius membaca catatan di hadapannya meski sesekali masih bertingkah jahil.
Mungkin jika menemukan Alan kalem, tidak banyak tingkah apalagi tidak jahil, seluruh penghuni Diamond Class harus hati-hati atau menaruh curiga karena bisa jadi dia kerasukan setan baik sehingga melakukan hal yang mustahil ia lakukan. Cukup hiperbola memang, tapi begitulah adanya.
Dari semua anggota Diamond Class sepertinya hanya Fanya yang saat ini menenggelamkan kepala dengan buku paket miliknya. Perempuan cantik itu benar-benar penat dan tak sanggup mengisi otaknya. Fanya merasa sudah terlalu banyak informasi yang ia masukkan ke dalam memori kepalanya, bisa-bisa tidak tersisa ruang kosong di sana untuk hal-hal yang jauh lebih menarik.
Bagaimana Fanya tidak mengantuk, seluruh waktu yang biasa Fanya habiskan untuk tidur dan belajar make up terbuang sia-sia malam tadi karena Kara memaksanya untuk belajar.
Meski pada akhirnya Fanya hanya duduk diam dengan menopang dagu sembari memperhatikan segala gerak-gerik yang Kara lakukan. Ia bahkan menutup telinga ketika teman sekamarnya itu mengomel karena Fanya tak kunjung membuka buku paket atau catatannya.
"Fanya, ayo semangat!" Kara mengguncang bahu Fanya membuat perempuan itu menggeliat.
Semangat? Sepertinya Fanya tak butuh kalimat penyemangat untuk saat ini. Fanya hanya butuh beberapa item seperti palet eyeshadow yang disita Ms. Camelia, berbagai warna lip cream koleksinya yang entah berada di mana atau alat-alat make up lain yang kemarin diambil paksa darinya. Fanya hanya butuh itu untuk mengembalikan semangatnya.
"Ini juga gara-gara lo yang ngajak gue begadang kali!" sembur Fanya mendorong tangan Kara tak ingin diganggu.
"Tapi dari semalem Fanya nggak belajar loh cuma nemenin Kara aja," ucap Kara jujur.
Emang!
"Tau ah! Gue liatin lo belajar aja capek, gimana kalau gue yang belajar." Fanya sudah menegakkan tubuhnya menatap Kara dengan wajah memelas.
Bisa meledak kali kepala gue.
"Ayok belajar, nanti nilai assessment Fanya jelek gimana?"
Biarin.
Sejak baru sampai di kelas kegiatan Kara hanya membujuk Fanya untuk belajar dan berakhir mendengar umpatan dari perempuan cantik teman sekamarnya itu.
Jangan lupa kalau Fanya benar-benar tak peduli dengan nilai bahkan kalaupun keluar dari DC sepertinya Fanya akan tersenyum senang. Ia akan masuk ke kelas lain, mencoba hal baru di sana tanpa harus terjebak dengan manusia-manusia ambisius yang mendewakan nilai akademik seperti Diamond Class.
"Nanti kalau Fanya nggak masuk 10 besar bakal ngaruh lo ke nilai semester, nanti kita nggak sekelas—"
"PD banget, mending lo aja yang belajar. Ntar nilai lo yang jelek, gue nggak tanggungjawab sih," potong Fanya langsung membungkam mulut Kara.
Terimakasih Kara.
Benar juga. Siapa yang menjamin jika Kara belajar maka nilainya akan bagus. Diamond Class memang diisi manusia-manusia ambisius tapi apa ada jaminan mereka akan bisa bertahan? Seharusnya Kara sadar belajar saja tak akan cukup menjamin bahwa semester berikutnya ia akan bertahan di Diamond Class. Apa usaha yang dia lakukan selama ini kurang? Atau memang benar Kara seharusnya tidak segila ini untuk mengejar Diamond Class.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Подростковая литература∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...