Bab 15 Charles Goodyear

464 70 1
                                    

Charles Goodyear - Amerika Serikat ||  Penemu Ban Karet Vulkanisasi

Tidak semua orang beruntung dalam keluarga, tapi pasti ada satu orang yang benar-benar berharap kita ada.

°°DC°°

Perputaran waktu kembali pada ingatan yang terjadi lima tahun yang lalu. Tempat yang didominasi warna biru, kotak-kotak persegi yang terisi air berbau kaporit, anak-anak berlari kesana-kemari saling kejar-kejaran tertawa lepas. Langit yang tampak serasi berwarna biru dengan awan Stratus yang membentuk lapisan tipis berwarna putih menemani mentari yang hangat.

Setelah lelaki berperawakan tinggi, mengenakan peluit dan stopwatch di leher itu meninggalkan kolam, perempuan bergaun biru muda dengan pita cantik menghiasi rambutnya mendatangi gadis seusianya yang masih betah berada dalam kotak persegi berisi air itu.

Tentu saja gadis bergaun biru muda itu sangat ingin untuk menceburkan diri ke dalam kolam, menikmati sejuknya air, bergerak kesana-kemari seperti gerakan yang tengah dilakukan sahabatnya di dalam kolam. Sayangnya, gaun biru muda yang ia kenakan terlalu kontras dengan pakaian renang yang sahabatnya pakai.

Perlahan gadis bergaun biru muda itu melirik lelaki yang sejak tadi mengawasinya, ia langsung hendak mundur ketika lelaki itu sudah berdiri menatapnya dari kejauhan. Tentu saja gadis kecil seperti dirinya akan merasa sangat tak adil berada dalam situasi ini. Siapa juga yang akan merasa adil jika semua yang ia lakukan harus mengikuti aturan? Ia hanya anak-anak yang ingin melakukan segala yang membuatnya bahagia. Tertawa, bermain, melompat, berteriak dan menikmati kehidupan selayaknya anak kecil yang memiliki keingintahuan tinggi akan segala hal. Sayangnya, ia tidak berada pada tempat yang tepat untuk melakukan segala yang ia inginkan.

Ketika gadis kecil itu berbalik, percikan air yang berasal dari gadis yang ada di kolam membuatnya terpekik.

"Ana, nanti kalo basah Flo dimarahin Papa!" Protes yang disertai langkah yang semakin menjauhi kolam oleh gadis bergaun biru muda itu.

Bohong kalau ia tak senang ketika percikan air itu mengenai kulitnya, seolah memanggil untuk ikut bermain. Gadis itu menggigit bibir bawahnya berusaha menyembunyikan senyum yang hampir saja mengembang dari bibirnya.

"Payah, masa basah dikit dimarahin," ejek gadis yang berada di dalam kolam.

Flo memanyunkan bibirnya, Ana selalu saja membuat Flo merasa ingin ikut bermain. Sayangnya, lelaki berperawakan tinggi yang mengawasinya itu, pasti tidak akan membiarkan Flo bermain bersama Ana lagi jika Flo melanggar. Flo tak bisa melakukan apapun yang ia suka, Harun akan membawanya pulang jika gadis itu melanggar lagi.

Baiklah sejujurnya Flo tak sepenurut itu, sesekali ia tak mampu melawan godaan yang Ana berikan hingga berakhir ia dihukum tak boleh keluar rumah atau malah lebih buruknya tak boleh bertemu kedua temannya lagi.

Namun, Flo cukup beruntung karena memiliki sepupu seperti Binar. Gadis manis itu selalu mampu meluluhkan hati ayah Flo, gadis ceria dengan berbagai macam idenya itu tentu akan mencari cara untuk bertemu sahabatnya. Bahkan pernah ia  bertingkah seperti akan menangis seharian jika tak bertemu dengan Flo, pada akhirnya ayahnya lah yang akan mengantar dan tentu saja cara itu cukup ampuh untuk menemui Flo yang tengah dihukum.

"Flo, Ana, lihat nih Binar bawa es krim!" teriak anak lain yang duduk di pinggir kolam dengan tiga cup es krim di tangannya.

Gadis yang juga mengenakan pakaian renang itu melambai sangat semangat memanggil kedua temannya, sesekali ia menyuapkan makanan dingin itu ke dalam mulutnya. Rasa manis dan sejuk menjadi kombinasi yang sempurna ketika mentari sedang memamerkan kehangatannya seperti saat ini.

DIAMOND CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang